Selasa 22 Jun 2021 14:40 WIB

UMM Sukses Gelar Konferensi Internasional ICHSoS

Ilmu sosial memiliki banyak peluang dalam penanganan pasca pandemi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses menggelar konferensi internasional bertajuk International Conference on Humanities and Social Science (ICHSoS). 
Foto: dok. Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses menggelar konferensi internasional bertajuk International Conference on Humanities and Social Science (ICHSoS). 

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses menggelar konferensi internasional bertajuk International Conference on Humanities and Social Science (ICHSoS). Agenda ini diprakarsai oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) pada 18 hingga 19 Juni 2021.

Mengusung tema Social and Political Issues on Sustainable Development in Post Covid-19 Crisis, gelaran ini melibatkan 80 penulis dari berbagai negara. ICHSoS digelar dengan format luring terbatas dan daring melalui aplikasi Zoom serta Youtube UMM. Konferensi ini merupakan upaya kritis para akademisi dalam menangani kondisi pascapandemi.

Wakil Rektor I UMM, Prof Syamsul Arifin dalam sambutannya menyebut, selain menjadi solusi pascapandemi, ICHSoS juga bertujuan untuk memperluas khasanah penelitian. Melalui ICHSoS, dia berharap bisa semakin memperkaya dan memperluas khazanah riset.

Pada opening and plenary session, ICHSoS menghadirkan para pakar ilmu sosial dari Polandia, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Sesi keynote speech pada kegiatan ini disampaikan oleh staf khusus Prof Ravik Karsidi yang mewakili Menteri Koordinator PMK RI, Prof Muhajir Efendy.

Ia mengatakan, ilmu sosial memiliki banyak peluang dalam penanganan pasca pandemi. Jika ilmu medis menilai covid sebagai virus mematikan, dalam perspektif sosiologis ini melahirkan pengetahuan baru karena mutasi perubahan alam. "Covid dikonstruksikan sebagai peluang untuk membangun kebijakan endogen yang berpihak pada inovasi sosial berbasis potensi lokal,” kata Ravik.

Sementara itu, dosen UMM Vina Salviana membahas tentang bagaimana perempuan bisa mengambil peran dalam menangani kondisi pascapandemi. Berdasarkan hasil riset yang ia lakukan, perempuan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak lebih cepat dengan potensi yang mereka miliki. Perempuan dinilai bisa bertahan secara alami.

Menurut Vina, perempuan memiliki kelebihan dalam hal intuisi dan kepekaan. Dengan kelebihan tersebut, mereka bisa beradaptasi pada perubahan. Di samping itu, juga mampu untuk segera menjalani peran-peran ganda.

"Menjadi pekerja sektor kedua ketika pasangan mereka terhempas oleh dampak covid, bahkan berperan menjadi guru di rumah ketika anak harus sekolah dengan metode daring,” jelasnya.

Sementara itu, Peerasit Kamnuansilpa dari Khon Kaen University Thailand dan Khadijah Alavi membagikan pengalaman Thailand serta Malaysia dalam menangani Covid-19. Khadijah Alavi memaparkan bagaimana potensi dari pekerja sosial dalam masa pandemi ini.

Ia ingin agar para pekerja sosial dapat memanfaatkan teknologi dan literasi pada sosial media dengan baik. Selain itu mereka juga harus berkolaborasi baik dalam lingkup lokal maupun internasional.

Pada kesempatan sama,  pembicara dari FEB UMM Eko Handayanto memaparkan tentang fenomena consumer panic buying di kala pandemi dan bagaimana cara merespons hal tersebut. Adapula pembicara dari Worclaw University Polandia, Yash Chawla, yang mengkaji terkait sustainable consumption.

Yash menilai pandemi membuat orang menjadi lebih kreatif. Pemilik lima gelar akademik tersebut menyarankan agar setiap orang berusaha melakukan berbagai upaya untuk mendukung sustainable consumption.

Pada sesi panel di hari kedua, sebanyak 80 penulis dari berbagai negara mempresentasikan hasil riset mereka secara daring. Terbagi ke dalam 12 breakout room zoom, dari 80 peneliti, Cosmas Gatot Haryono terpilih sebagai Best Speaker dengan papernya yang berjudul Covid-19 Murals: Autocritic Messages From Society in The Public Sphere.

Selanjutnya, Salina Nen, Fauziah Ibrahim dan Norulhuda berhasil meraih predikat Best Paper. Riset mereka berjudul Depression, Anxiety and Fear During the Covid-19 Pandemic Movement Control Order (MCO) in Malaysia mendapat ganjaran sebagai paper terbaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement