Senin 21 Jun 2021 21:00 WIB

Pernyataan Trudeau Dinilai Sembunyikan Wajah Politik Kanada

Pernyataan Trudeau Dinilai Sembunyikan Wajah Asli Politik Kanada.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau tiba menjelang pertemuan G7 di bandara Cornwall di Newquay, Cornwall, Inggris, Kamis, 10 Juni 2021. Para pemimpin dan tamu G7 akan bertemu di resor Cornish di Carbis Bay mulai Jumat, 11 Juni 2021.
Foto: AP/Alberto Pezzali/Pool AP
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau tiba menjelang pertemuan G7 di bandara Cornwall di Newquay, Cornwall, Inggris, Kamis, 10 Juni 2021. Para pemimpin dan tamu G7 akan bertemu di resor Cornish di Carbis Bay mulai Jumat, 11 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON—Ramzy Baroud, media konsultan dan jurnalis keturunan Amerika-Palestina, menyoroti pembunuhan sebuah keluarga Muslim di London, Provinsi Ontario, Kanada. Dari sekian banyak ucapan bela sungkawa yang berdatangan, pengamat politik ini mengatakan bahwa pernyataan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyembunyikan wajah politik Kanada yang sebenarnya. 

“Ini adalah serangan teroris, dimotivasi oleh kebencian, di jantung salah satu komunitas kami,” kata Trudeau kepada Parlemen, dua hari serangan yang dimotivasi oleh kebencian itu terjadi. 

Baca Juga

Perdana Menteri, kata Baround, selalu identik dengan politik liberal dengan progresifnya sering disandingkan dengan kebangkitan politik populis konservatif. Pernyataannya yang menjunjung kesetaraan dan hak asasi juga banyak dipuji. 

Namun siapa sangka jika dibaliknya, butuh usaha bertahun-tahun bagi organisasi dan aktivis Muslim meyakinkan Trudeau untuk menetapkan 29 Januari sebagai Hari Peringatan dan Aksi Nasional terhadap Islamofobia, kata Baround, menambahkan bahwa tanggal khusus ini dipilih untuk memperingati serangan teroris oleh seorang warga Kanada di sebuah masjid Kota Quebec pada 2017 yang menewaskan enam orang dan 19 lainnya luka-luka. 

 

“Selama bertahun-tahun, pemerintah Kanada tidak berbuat banyak untuk memperbaiki fenomena kebencian yang berbahaya tersebut,” kata dia, merujuk pada penolakan Trudeau untuk menetapkan hari anti-Islamofobia. 

Trudeau mengatakan kepada Radio-Canada bahwa, meskipun penting untuk menggarisbawahi intoleransi yang ditujukan pada orang-orang Muslim, dia ingin menghindari jenis reaksi balik yang dapat muncul setelahnya. Dia juga mengatakan bahwa pelaku kejahatan yang memiliki motif kebencian masih sangat sedikit jumlahnya. 

“Namun Trudeau salah. Sebuah laporan yang disampaikan oleh Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan pada November tahun lalu menunjukkan bahwa banyak orang Kanada percaya bahwa diskriminasi terhadap Muslim adalah kesalahan umat Islam itu sendiri,” jelas Baround. 

Sebuah Jajak Pendapat Gallup yang diterbitkan pada tahun 2011 telah membantah klaim 'minoritas kecil' para pelaku intoleran. Muslim Kanada, 48 persen, dan Muslim Amerika, 52 persen, mengaku tidak dihargai dalam masyarakat mereka. Laporan resmi polisi Kanada menunjukkan bahwa kejahatan kebencian terhadap Muslim Kanada sedang meningkat, dengan 166 insiden, serupa dengan yang dilaporkan pada 2018, 181 pada 2019 dan seterusnya, dengan kejahatan jenis kekerasan yang lebih intens dan berbahaya seiring waktu. 

“Sayangnya, terorisme anti-Muslim di Kanada kemungkinan akan meningkat di masa depan, bukan hanya karena statistik kejahatan kebencian menunjukkan lintasan yang meningkat, tetapi karena sentimen anti-Muslim juga sering menjadi pusat perhatian di pemerintahan dan media,” prediksi Baround. 

Menurutnya, penggambaran negatif Muslim di media Kanada tidak bisa dikelompokkan di bawah sebutan 'bias media Barat arus utama', karena ketakutan media telah menembus jiwa sebagian besar masyarakat Kanada. Banyak politisi Kanada, bahkan di partai Trudeau sendiri, sering memanfaatkan fenomena yang mengkhawatirkan ini untuk memenuhi ambisi politik mereka, kata Baround. 

“Berbagai provinsi Kanada telah mengesahkan atau merancang undang-undang yang secara khusus menargetkan minoritas Muslim Kanada, misalnya, RUU Quebec 62, yang membatasi pemakaian niqab di gedung-gedung publik,” ujarnya.

“Secara keterlaluan, RUU tersebut, yang disahkan oleh pemerintah Liberal Quebec pada Oktober 2017, menyusul serangan berdarah di Masjidil Haram di Kota Quebec. Alih-alih memerangi Islamofobia, pejabat Quebec memberikan pembenaran hukum dan moral,” sambungnya.

Menurut Baround, jika Trudeau memang tulus dalam keinginannya untuk membasmi terorisme anti-Muslim dari Kanada, dia harus mulai dengan membersihkan partainya sendiri dari ujaran kebencian, mengakhiri semua upaya kriminalisasi Muslim dan melarang ujaran kebencian terhadap minoritas di media. Terorisme, dalam bentuk apa pun, tidak akan berakhir sebagai hasil dari keangkuhan tetapi melalui tindakan nyata, tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement