Jumat 18 Jun 2021 15:49 WIB

Pekerja China dan India Jadi Korban Tewas dalam Banjir Nepal

Jasad ketiga pekerja itu ditemukan di dekat Kota Melamch.

Banjir di Kathmandu, Nepal.
Foto: EPA-EFE/NARENDRA SHRESTHA
Banjir di Kathmandu, Nepal.

REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Tanah longsor dan banjir bandang yang dipicu hujan lebat di Nepal pekan ini menewaskan 11 orang termasuk satu pekerja India dan dua pekerja China di sebuah proyek pembangunan. Sementara itu 25 orang lainnya dilaporkan hilang. Demikian disampaikan pejabat setempat pada Jumat.

Jasad ketiga pekerja itu ditemukan di dekat Kota Melamchi di Distrik Sindhupalchowk, timur laut Kathmandu, yang dilanda banjir bandang pada Rabu (16/6). Bencana itu juga memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka, kata administrator distrik dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

"Warga negara asing itu bekerja untuk sebuah perusahaan China yang sedang membangun proyek air minum," kata pejabat distrik Baburam Khanal kepada Reuters.

Kementerian Dalam Negeri Nepal mengatakan pada Kamis malam (17/6) bahwa 25 orang hilang dalam banjir di Sindhupalchowk, sebuah distrik pegunungan yang berbatasan dengan wilayah Tibet di China, dan bagian lain negara itu. Hujan monsun yang biasanya dimulai pada Juni dan berlangsung hingga September, membunuh ratusan orang di sebagian besar pegunungan Nepal setiap tahun.

Hujan deras sejak Selasa (15/6) telah merusak jalan, menghancurkan jembatan, menghanyutkan peternakan ikan dan ternak, serta menghancurkan rumah-rumah. Ratusan orang terpaksa pindah ke tempat penampungan masyarakat, termasuk sekolah, gudang dan tenda.

Badan-badan bantuan mengatakan krisis tahun ini dapat menambah kesengsaraan sosial dan ekonomi negara yang terpukul keras oleh Covid-19. Nepal termasuk negara yang telah melaporkan di tingkat kepositifan tes virus corona tertinggi di dunia.

"Mereka yang kehilangan rumah tidur di pusat komunitas," kata John Jordan dari badan amal World Neighbors yang berbasis di Amerika Serikat.Kepadatan yang dipaksakan akibat bencana itu meningkatkan risiko bagi komunitas yang telah pulih dari Covid-19.Sumber: Reuters

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement