Jumat 18 Jun 2021 11:50 WIB

Erdogan ke Biden: Turki Tetap Gunakan Rudal Rusia

Pembelian S-400 oleh Turki telah membuat hubungan tegang dengan AS dan sekutu NATO.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden AS Joe Biden (tengah), berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama sesi pleno pada KTT NATO di Brussels, Senin, 14 Juni 2021. Presiden AS Joe Biden mengambil bagian dalam KTT NATO pertamanya di mana 30 negara aliansi berharap untuk menegaskan kembali persatuannya dan membahas hubungan yang semakin tegang dengan China dan Rusia ketika organisasi itu menarik pasukannya setelah 18 tahun di Afghanistan.
Foto: AP/Olivier Matthys/Pool AP
Presiden AS Joe Biden (tengah), berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama sesi pleno pada KTT NATO di Brussels, Senin, 14 Juni 2021. Presiden AS Joe Biden mengambil bagian dalam KTT NATO pertamanya di mana 30 negara aliansi berharap untuk menegaskan kembali persatuannya dan membahas hubungan yang semakin tegang dengan China dan Rusia ketika organisasi itu menarik pasukannya setelah 18 tahun di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada rekannya dari Amerika Serikat (AS), Joe Biden, bahwa negaranya tidak akan mengubah pendiriannya terhadap pertahanan rudal S-400 Rusia. Washington telah memberikan saksi sebelumnya atas keputusan Ankara tersebut.

"Saya memberi tahu [Biden] bahwa mereka seharusnya tidak mengharapkan Turki untuk mengambil langkah berbeda pada masalah F-35 dan S-400 karena kami melakukan apa yang harus kami lakukan untuk F-35 dan memberikan uang yang diperlukan," kata Erdogan dalam penerbangan kembali dari Azerbaijan pada Kamis (17/6).

Baca Juga

Pembelian S-400 oleh Turki telah membuat hubungan tegang dengan AS dan sekutu NATO lainnya karena kekhawatiran bahwa sistem tersebut tidak kompatibel dengan pertahanan aliansi dan dapat mengancam jet tempur F-35 AS. Ankara, yang dikeluarkan dari program jet karena sistem Rusia, menolak kekhawatiran tersebut.

Erdogan menyatakan, pada periode berikutnya, para menteri luar negeri, menteri pertahanan, dan ketua industri pertahanan akan memajukan proses dengan melakukan pertemuan. "Kita harus memantau perkembangannya dengan cermat. Kami akan menindaklanjuti semua hak kami," ujarnya dikutip dari Aljazirah.

Ankara dan Washington telah berusaha untuk mengesampingkan perbedaan dan fokus pada bidang kerja sama, seperti Afghanistan dan Suriah. Meskipun Turki telah marah dengan dukungan AS untuk milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah yang dianggapnya kelompok teroris.

Erdogan menyampaikan pandangan Turki tentang masalah ini dalam pertemuannya dengan Biden. Turki juga menawarkan untuk menjaga dan mengoperasikan Bandara Kabul setelah pasukan AS dan NATO mundur.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement