Jumat 18 Jun 2021 09:54 WIB

Seminar UMM Bahas Masalah Pendidikan dan Kesehatan Mental

konferensi internasional adalah sarana untuk meningkatkan publikasi riset dosen

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar acara //International Conference on Education and Psychology (ICEduPsy)// secara luring dan daring.
Foto: Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar acara //International Conference on Education and Psychology (ICEduPsy)// secara luring dan daring.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar acara International Conference on Education and Psychology (ICEduPsy) secara luring dan daring, Sabtu (12/6). Acara ini digagas oleh tiga fakultas UMM yaitu Fakultas Psikologi (F. Psi), Fakultas Agama Islam (FAI), dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). 

Ketua Panitia ICEduPsy, Atok Miftachul Huda, mengatakan, konferensi internasional merupakan sarana untuk meningkatkan kapasitas publikasi riset para dosen, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu juga mempererat jalinan kerja sama antaruniversitas yang berkolaborasi dalam agenda.

Sebab itu, dia mengucapkan terima kasih atas peserta yang telah hadir dari berbagai negara seperti Australia, Kanada, Jerman, Mesir, Polandia, Thailand dan beberapa universitas ternama Indonesia. “Terhitung ada sebanyak 1.000 peserta yang mengikuti kegiatan ini baik secara daring maupun luring,” ucap Atok.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Akademik UMM, Profesor Syamsul Arifin  menyebutkan, tantangan yang dihadapi dunia pendidikan sekarang lebih kompleks dibandingkan periode sebelumnya. Pendidikan juga harus dimaknai sebagai investasi jangka panjang. Siapapun bisa menambah ilmu hanya dengan tatap muka melalui internet, utamanya bagi generasi milenial. 

Berdasarkan hal tersebut, ada empat hal esensial yang harus dipertimbangan seperti input, proses, dan output. Kemudian hasilnya akan menuju muara pendidikan. Tak berhenti di situ, pendidikan juga harus berujung pada perilaku yang beradab sehingga manusia tak lemah dalam kecerdasan emosional. 

"Hal ini penting untuk memperkuat hubungan manusia dengan manusia maupun dengan Tuhan agar mampu mendapatkan kebahagiaan yang hakiki,” jelasnya dalam keterangan persnya, Kamis (17/6).

Pemateri dari Universitas Malaya, Kuala Lumpur Malaysia, Profesor Datuk Ahmad Hidayat Buang mengungkapka,  pembangunan berkelanjutan melalui pendidikan berbasis pengetahuan dan inovatif dalam perspektif Islam. Ia mengistilahkan, manusia pada dasarnya serakah dan merusak. Efek dari sifat buruk itu dapat menyebabkan krisis sosial, perang, perbudakan, krisis ekonomk, kemiskinan, kelaparan, pandemi, penyakit bahkan polusi. 

Menurut Datuk, terdapat enam kategori yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan. Beberapa di antaranya seperti kebutuhan utama manusia, pengembangan manusia, dan ekonomi. Kemudian kondisi kehidupan, ekosistem dan hak asasi manusia.

Di kesempatan serupa, Assoc. Profesor Phaosan Jahwae dari Universitas Fatoni, Thailand juga ikut andil dalam menyuarakan pentingnya pembangunan berkelanjutan dalam bidang pendidikan. Ia melihat latar belakang negara Thailand yang hanya mengamalkan dan menggunakan satu bahasa (Thai). Hal itu akan membuat para pelajar begitu lemah dalam bahasa asing.

 Berdasarkan situasi tersebut, Phaosan membentuk QAiMt Model for Students in the Patani. Model pembelajaran ini menggabungkan Alquran, Hadis, Aqidah, Fiqih, Sejarah Nabi, Akhlak, Bahasa Arab dan Melayu. Pengaplikasian model QAiMt ini lebih menarik perhatian para pelajar karena terdapat teknologi tertentu serta adanya nyanyian yang menarik minat mereka.

Sementara itu, Dekan F.Psi UMM Muhammad Salis Yuniardi juga turut memaparkan pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan mental. Salis membahas mengenai bagaimana kognitif manusia menanggapi sesuatu yang tidak pasti. Pada indikator kesehatan mental seseorang, kata dia, variabel tersebut mampu memprediksi performa kerja. "Intolerance of Uncertainty juga mengambil peran dalam recovery kesehatan mental masyarakat Indonesia di masa pandemi,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement