Jumat 18 Jun 2021 03:02 WIB

Ini Cara Satgas Cegah Kerumunan Nobar Piala Euro 2020

Satgas Covid-19 mengaku cegah kerumunan dengan komunikasi dan kolaborasi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
acara pembukaan euro 2020.  Kompetisi sepakbola Piala Eropa Euro 2020 telah dimulai beberapa hari lalu dan seringkali ada acara nonton bareng (nobar). Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melakukan beberapa cara dan pendekatan untuk mencegah kerumunan termasuk komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi.
Foto: antara
acara pembukaan euro 2020. Kompetisi sepakbola Piala Eropa Euro 2020 telah dimulai beberapa hari lalu dan seringkali ada acara nonton bareng (nobar). Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melakukan beberapa cara dan pendekatan untuk mencegah kerumunan termasuk komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kompetisi sepakbola Piala Eropa Euro 2020 telah dimulai beberapa hari lalu dan seringkali ada acara nonton bareng (nobar). Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melakukan beberapa cara dan pendekatan untuk mencegah kerumunan termasuk komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi.

"Kami menggunakan pendekatan komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi antardaerah. Kami juga menggunakan pendekatan kearifan lokal," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi saat berbicara di Konferensi Virtual FMB9 bertema 'Jangan Lelah Jangan Lengah, Tetap Disiplin Prokes', Kamis (17/6).

Ia menambahkan, pemerintah telah menyampaikan komunikasi risiko ke masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah daerah (pemda) untuk terus menerus berkomunikasi dengan masyarakatnya secara intens.

Ia menambahkan, berbagai upaya kearifan lokal juga telah dilakukan seperti membuat wayang golek, wayang kulit. Artinya pihaknya mencoba membuat adaptasi kebiasaan baru betul-betul melekat di masyarakat.

Ia menegaskan, upaya ini penting dilakukan karena ketika kepatuhan masyarakat melakukan protokol kesehatan (prokes) buruk maka dampaknya terjadi lonjakan kasusnya akan luar biasa.

Ia menyontohkan dua pekan sebelum lonjakan kasus di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, kepatuhan memakai masker hanya 18 persen. Artinya, dia menambahkan, yang tidak pakai masker 82 persen dan kasus Covid-19 di tempat itu meningkat drastis. 

"Alhamdulilah dengan menggandeng para ulama, para seniman dan tokoh masyarakat di Bangkalan, kepatuhan memakai masker naik 53 persen. Walau sudah naik, kita membutuhkan kenaikan kepatuhan prokes sehingga bisa signifikan," katanya. 

Ia menegaskan, kenaikan kepatuhan terhadap prokes penting dilakukan. Sebab, pihaknya mengamati setiap penurunan kepatuhan prokes selalu diikuti oleh peningkatan kasus di satu daerah. 

"Kita tidak bisa menolak lagi bahwa libur panjang, peningkatan mobilitas selama libur lebaran diikuti penurunan kepatuhan prokes dan terbukti meningkatkan kasus. Jadi, kami tidak mau mengulangi kesalahan yang sama," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement