Rabu 16 Jun 2021 14:04 WIB

Beban Psikologis Penyintas dan Tempat Isolasi Terpusat

Masih banyak tempat isolasi terpusat yang belum optimal dimanfaatkan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menunjungi tempat isolasi terpusat para penyintas Covid-19, di Rusunawa Bakalan Krapyak, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Ahad (13/6).
Foto: Istimewa
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menunjungi tempat isolasi terpusat para penyintas Covid-19, di Rusunawa Bakalan Krapyak, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Ahad (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Memperoleh kesempatan menghuni tempat/fasilitas isolasi terpusat di daerah sendiri boleh jadi cukup melegakan, bagi sebagian penyintas Covid-19 yang ada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pasalnya beban psikologis mereka relatif lebih ringan, jika dibandingkan dengan penyintas lain yang harus menghuni tempat isolasi terpusat di luar daerah, seperti di Kota Semarang atau bahkan di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali.

Hal tersebut karena fasilitas isolasi mandiri yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus masih cukup terbatas, saat kasus harian Covid-19 mulai melonjak signifikan, beberapa waktu lalu. Kendati begitu, para penyintas Covid-19 yang menghuni tempat isolasi terpusat di wilayah kota Kudus tidak lantas bebas dari berbagai keluhan atau bahkan unek-unek yang ingin disampaikan.

Hal itu terungkap saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengunjungi tempat isolasi terpusat di Rusunawa Bakalan Krapyak, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. “Menu makanan yang diberikan kurang variatif pak,” seloroh salah satu penyintas yang saat itu tengah berjemur, di halaman kompleks rusunawa yang difungsikan sebagai tempat isolasi terpusat itu.

Sejumlah penyintas yang lain mengungkapkan, tepat isolasi ini kurang fasilitas hiburan, khususnya televisi (TV). Sehingga ia tidak bisa mengikuti serial sinetron yang populer di salah satu stasiun TV swasta nasional. “Tidak ada TV pak, jadi saya tidak bisa nonton Andin (tokoh utama sinetron Ikatan Cinta yang diperankan Amanda Manopo, red.),” ungkap seorang ibu, yang langsung disambut tawa para penyintas yang lain.

 

Menanggapi hal itu, gubernur pun meminta para penyintas untuk prihatin terlebih dahulu, namun juga harus tetap bersemangat dan fokus pada terapi pemulihan dari paparan Covid-19. Tak lupa, orang nomor satu di Provinsi Jateng ini meminta mereka untuk menjadi agen kampanye disiplin protokol kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya jika sudah diperbolehkan meninggalkan tempat isolasi terpusat tersebut.

“Ajak keluarga atau tetangga di lingkungan bapak/ibu untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mengantisipasi penularan Covid-19. Maka saya titip itu kepada bapak/ibu sekalian,” ungkap gubernur.

Mendengar itu, salah seorang penyintas mengaku sudah berkirim pesan kepada keluarga dan  tetangganya agar lebih tertib dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan agar tak menjadi penyintas Covid-19 berikutnya.

“Sudah pak, saya sudah WA (WhatsApp) para tetangga supaya disiplin menjaga kesehatan maupun protokol kesehatan dan jangan sampai terpapar Covid-19,” kata Puji Astuti, salah satu penyintas hingga mendapatkan acungan jempol tangan dari gubernur.

Di lain pihak, gubernur juga menyampaikan, saat ini tempat isolasi terpusat tak lagi menjadi problem di Kabupaten Kudus. Seperti di Rusunawa Bakalan Krapyak tersebut juga masih cukup tersedia tempat tidur untuk menampung lebih banyak penyintas Covid-19.

Maka gubernur ingin jika ada penambahan penyintas yang harus melakukan isolasi didorong ke tempat isolasi terpusat tersebut, daripada dibawa ke luar Kudus atau bahkan ke Asrama Haji Donohudan.

Menu makanan

Ganjar juga mengakui, baru-baru ini sempat muncul protes dari pasen Covid-19 dari Kudus yang dibawa ke tempat isolasi terpusat di Asrama Haji Donohudan. “Kami menyadari, psikologis tiap orang berbeda, maka penanganan pun harus menyesuaikan,” jelasnya.

Terkait  keinginan para penyintas mengenai variasi menu makanan, gubernur juga meminta agar petugas di Posko Covid-19 di tempat isolasi terpusat tersebut berkomunikasi dengan pasien. Karena mereka (pasien) bukan objek. “Ini seperti tamu hotel, wong loro kan perlu dimanja to? (orang sakit juga perlu dimanjakan, red.).  Kalau perlu sesekali dicek ingin makan menu apa saja yang mereka suka,” ujarnya.

Kepada Pemkab Kudus, gubernur juga minta agar tidak ragu dalam mengambil keputusan terkait dengan penanganan Covid-19. Jika kesulitan, ia pun meminta Bupati Kudus, HM Hartopo, untuk segera berkoordinasi dengannya.

Permintaan itu disampaikan saat ia melihat banyak tempat isolasi terpusat yang belum optimal dimanfaatkan di Kudus. “Kita sudah petakan tempat apa saja yang bisa digunakan sementara untuk tempat isolasi terpusat. Maka tugas bupati hanya satu, eksekusi,” tegasnya.

Dari data yang ada di Posko Gabungan, tercatat total 599 ada tempat tidur yang tersebar di delapan kecamatan, di Kabupaten Kudus. Namun, semuanya belum dimanfaatkan secara maksimal.

Seperti di Rusunawa Bakalan Krapyak yang memiliki kapasitas hingga 180 tempat tidur baru terisi 20 tempat tidur saja. Sementara data warga yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah mencapai 1.797 orang.

Jika tempat isolasi terpusat ini dioptimalkan, maka tidak perlu dibawa ke tempat isolasi terpusat di luar kota. Inilah mengapa soal eksekusi, Bupati Kudus tidak perlu ragu. “Kalau sulit  kontak saya, nanti kita ajak TNI/Polri untuk membantu,” tegas gubernur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement