Rabu 16 Jun 2021 00:09 WIB

Jerman Vs Prancis, Benzema Jadi Musuh Kelompok Sayap Kanan

Kelompok sayap kanan Prancis menilai Benzema tidak seharusnya masuk timnas.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ratna Puspita
Karim Benzema dari Prancis
Foto: EPA-EFE/SEBASTIEN NOGIER
Karim Benzema dari Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, MUENCHEN -- Prancis akan mengawali kiprahnya di Piala Eropa 2020 melawan Jerman, di Stadion Allianz Arena, Rabu (16/6) dini hari WIB. Pertemuan kedua tim punya sejarah panjang dan setiap kali bertemu tak hanya sekadar soal sepakbola.

Namun dilansir dari irishtimes, Selasa (15/6), kelompok sayap kanan Prancis bukan menjadikan Jerman sebagai musuh melainkan pemain Prancis, yaitu Karim Benzema. Kelompok sayap kanan menjadikan Benzema sebagai personifikasi banlieues, sebuah pinggiran kota imigran yang penduduknya sebagian besar miskin. Sekali lagi, Prancis menjadi objek perang budaya yang berpusat pada ras. 

Baca Juga

Kebencian kelompok sayap kanan terkait dengan skandal Benzema beberapa tahun silam. Pada 2015, Benzema dikeluarkan dari timnas Prancis karena dugaan keterlibatan pemerasan kepada rekan satu timnas, Mathieu Valbuena. Kasus tersebut dikenal dengan "la sextape". 

Kasusnya diadili bulan Oktober. Saat itu, pimpinan sayap kanan Marine Le Pen memimpin tuduhan kepada Benzema. Sekarang setelah hampir enam tahun berada dalam situasi yang buruk, Benzema kembali dipanggil ke Les Bleus. "Karim Benzema seharusnya tidak pernah masuk ke tim Prancis,” kata mereka. 

Selain masalah itu, Benzema juga dikritik karena beberapa kali menunjukkan gestur menghina Prancis. “Saya pikir dia adalah seseorang yang telah berulang kali menyatakan penghinaan terhadap Prancis,” kata mereka. 

Benzema berasal dari Aljazair dan dibesarkan di Banlieue. Ia kemudian kaya raya ketika menjadi pemain Real Madrid. Benzema pernah menyebut Aljazair sebagai negaranya.

Gestur lainnya Benzema terekam meludah saat lagu Kebangsaan Prancis dinyanyikan di Santiago Bernabeu sebelum El Clasico, 21 November 2015. Kejadian itu delapan hari setelah peristiwa serangan teroris pada November 2015 di Gedung Konser Bataclan, Stadion Stade de France, serta Kafe dan restoran yang menewaskan 130 orang. Peristiwa tersebut membuat kebencian kepada imigran dan tindakan Benzema memicu amarah masyarakat Prancis, termasuk kelompok sayap kanan.

Pada banyak negara, tim sepakbola dianggap sebagai simbol bangsa. Beberapa orang di Prancis tak terima jika tim nasional mereka didominasi non-kulit putih. 

Dampak dari kasus tersebut terlihat ketika adanya keributan di timnas Prancis pada Piala Dunia 2010. Pelatih Prancis saat itu, Laurent Blanc, pun membahas pengurangan pemain kulit hitam di timnas bersama federasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement