Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image RIKI FERNANDO

Tanah Timor Selalu Menggema Di Hati Dan Telinga

Olahraga | Monday, 14 Jun 2021, 21:15 WIB
Sumber : getty images
Sumber : getty images

“Eh, lu gila ko kawan? Panas begini beta sonde mau pi lu pung rumah. Beta tidur sa!”

“Bang Dimas, katong jadi pi mancing ko sonde?”

“Kawan, katong sebentar pi Lippo nonton ko? Ada film bagus tu.”

Bahasa khas dari Tanah Timor menggema di telinga. Mengingatkanku pernah tinggal di tempat yang menjadikanku mengerti benar apa itu arti berbeda namun tetap satu. Berbeda bahasa, berbeda budaya, berbeda agama, dan banyak perbedaan lain. Namun kita tetaplah satu bangsa, bangsa Indonesia.

___

Aku tinggal di provinsi yang terkenal dengan keindahan pantainya itu hampir selama 2 tahun lamanya, dimulai dari akhir tahun 2014 hingga pertengahan 2016. Dikarenakan banyaknya gugusan pulau-pulau di provinsi tersebut, provinsi Nusa Tenggara Timur juga memiliki julukan lain, yakni Flobamora. Akronim dari Flores, Sumba, Timor, dan Alor. Pulau-pulau utama yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur. Juga masih ada pulau-pulau seperti Rote, Semau, Sabu, dan beberapa pulau lain. Menjadikan provinsi tersebut benar-benar adalah surga bagi yang mencintai wisata alam berupa pantai.

Cukup lama tinggal disana, membuatku sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang tentu sangat berbeda dengan dimana aku berasal. Dimulai dengan bahasa, gaya hidup, dan banyak hal lainnya.

Dari bahasa, gaya khas orang Kupang adalah berbicara dengan nada keras dan cepat. Pernah suatu ketika aku mendapat cerita lucu dari seorang dosen salah satu universitas di Kupang. Beliau orang asli Kupang, tulen. Beliau berkata begini,

“Katong orang Timor berbicara dengan nada keras dan cepat adalah karena tanah Timor itu panas. Jadi orang Timor jika berbicara harus kencang dan cepat. Karena nanti kalau bicara dengan gaya lembut dan pelan seperti orang Jawa, katong bisa kepanasan di jalan dan semakin hitam saja kulit ini.”

Aku tertawa mendengar penjelasan yang menghibur namun cukup logis itu. Memang benar, perihal gaya bicara, orang Timor khas sekali. Cepat, kencang, dan tanpa basa-basi. Itulah mengapa bahasa mereka singkat dan padat.

Sebagai contoh, kata “saja” dalam bahasa Timor cukup menjadi “sa”. Kata “punya” cukup menjadi “pung”. Kata “pergi” cukup menjadi “pi”. Dan beberapa kata lain yang lebih simpel dan mudah dalam penggunaan sehari-harinya.

Mayoritas masyarakat di Kupang, Nusa Tenggara Timur beragama Nasrani. Namun masih cukup banyak terdapat masjid disana. Toleransi agama disana luar biasa sekali. Selama hidup disana, aku dan teman-teman yang beragama Muslim benar-benar merasa nyaman dan aman. Bergaul dengan baik dan rukun. Hanya saja, kami jarang bisa keluar bersama untuk berlibur di hari Minggu, karena teman-teman kami pasti pergi ke gereja. Dan mereka taat sekali dalam beribadah.

Aku pernah mendengar sebuah kalimat yang cukup populer di kalangan para pekerja muda. Jika ingin bekerja dengan ritme yang santai, nyaman, pergilah ke Indonesia bagian timur. Semakin ke timur, ritme kerja akan semakin bagus untuk dinikmati.

Dan memang benar. Aku menikmati sekali bekerja disini. Saat di Ibukota dan sekitarnya, banyak yang harus setelah subuh berangkat ke kantor kemudian berdesak-desakan di angkutan umum, bermacet ria di jalanan, aku tak pernah sekalipun merasakan hal tersebut disini. Karena aku tinggal di mess karyawan, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 5 menit menuju tempat kerja. Jadi jam kerja yang dimulai pukul 08.00 pagi, aku bisa berangkat pukul 07.45 tanpa harus memikirkan hal-hal seperti macet dan berdesakan. Ah, sungguh indah.

Sebagai ibu kota provinsi, kota Kupang juga cukup bagus. Sudah ada beberapa pusat perbelanjaan dengan bioskop yang akan menghibur jika penat dan jenuh melanda. Jika ingin berwisata alam, tinggal dipilih saja mau kemana. Mau wisata pantai? Jangan ditanya, banyak sekali pilihannya disini. Semua masih sangat alami dan sangat indah. Mau wisata dengan suasana pegunungan yang dingin? Bisa menuju ke kota Soe. Tidak kalah sejuk suasananya dengan Lembang, Bandung atau Batu, Malang.

Bagaimana dengan kuliner? Alhamdulillah Allah telah memberiku kesempatan berkunjung di berbagai tempat. Mengunjungi berbagai kota di Indonesia. Kemudian tinggal lama di Taiwan. Diberikan kesempatan pernah traveling di beberapa negara. Dan saat ini, tinggal di Belanda. Namun, aku tidak pernah merasakan hidangan seafood yang lebih baik dari tanah Timor. Ikan bakarnya, udang asam manisnya, semuanya istimewa. Silahkan datang dan rasakan sendiri!

Kalian pernah dengar kuliner yang bernama sei? Itu adalah makanan khas tanah Timor. Daging yang diasapi menggunakan kayu khusus, bernama kayu kosambi. Kayu yang tumbuh banyak di Nusa Tenggara Timur. Jika makan daging sei, kalian akan seperti yang diucapkan Mang Oleh, rasanya benar-benar akan bikin kalian jadi Ironmen!

___

Aku kembali melihat album-album foto ketika bekerja dan tinggal disana. Sungguh indah dan nyaman. Namun, aku merasa belum pantas dan belum saatnya menikmati keadaan nyaman itu secara terus menerus.

Sebagai seorang pemuda, menjebak diri sendiri dalam zona nyaman dan kemudahan bukan sebuah pilihan. Pemuda adalah generasi penerus yang akan menjadi tolak ukur bagaimana sebuah bangsa menatap masa depan. Pemuda adalah individu-individu yang memiliki energi luar biasa dengan ide-ide cemerlang dan baru. Oleh sebab itu, Bung Karno pernah berkata yang cukup terkenal di telinga kita,

“Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia.”

Namun, jelas yang dimaksud Bung Karno bukanlah para pemuda yang tidak memiliki kecintaan pada tanah air. Bukan pemuda yang hanya diam tak bergerak tanpa karya. Bukan pemuda yang hanya melakukan hal-hal yang sia-sia. Bukan hanya pemuda yang tidak memiliki kepedulian terhadap sekitar.

Sudahkah kita para pemuda yang menjadi harapan besar untuk meneruskan cita-cita para pendahulu bangsa?

"Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi, dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba "Indonesia Baik" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image