Senin 14 Jun 2021 14:14 WIB

Shelter Covid UII Resmi Diaktifkan

Shelter terbuka untuk umum, khususnya masyarakat Kabupaten Sleman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Gedung Rusunawa UII di Sleman, Yogyakarta, Senin (7/6). Pemkab Sleman akan menjadikan Rusunawa UII menjadi salah satu shelter isolasi Covid-19. Namun, penyiapan Rusunawa UII ini untuk antisipasi jika shelter Covid-19 yang sudah ada penuh.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Gedung Rusunawa UII di Sleman, Yogyakarta, Senin (7/6). Pemkab Sleman akan menjadikan Rusunawa UII menjadi salah satu shelter isolasi Covid-19. Namun, penyiapan Rusunawa UII ini untuk antisipasi jika shelter Covid-19 yang sudah ada penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Pemkab Sleman dan gerakan kemanusiaan Sambatan Jogja (Sonjo) membuka shelter baru untuk karantina pasien covid. Shelter yang bertempat di Rusunawa UII dikhususkan untuk pasien tanpa gejala dan gejala ringan.

Rektor UII, Prof Fathul Wahid mengatakan, shelter dibuka pada 14 Juni 2021 dan sudah dapat digunakan mulai 15 Juni 2021. Ia menekankan, selain membantu penanganan pandemi, pembukaan shelter ini jadi ikhtiar mitigasi risiko pembelajaran luring terbatas.

Fathul menerangkan, shelter terbuka untuk umum, khususnya masyarakat Kabupaten Sleman dengan kapasitas maksimal 72 orang. Mekanisme untuk dapat tinggal di shelter nanti melalui surat pengantar dari puskesmas dan screening ulang di shelter.

Ia berharap, UII dapat terlibat aktif sekaligus belajar langsung terkait pengelolaan shelter. Terlebih, melihat penambahan kasus positif covid yang masih terus mengalami lonjakan, baik di Indonesia, di DI Yogyakarta maupun Kabupaten Sleman beberapa waktu terakhir.

Khususnya UII menyiapkan sarana prasarana, dokter jaga, SDM seperti cleaning service, satpam yang mendapat pelatihan terlebih dulu dari Dinkes Sleman. Selain kenyamanan pasien, Fathul juga memastikan kenyamanan masyarakat yang tinggal di sekitar kampus.

"Ambulans nanti akan masuk melalui depan dan penanganan limbah infeksius juga nanti sudah ada pihak khusus yang menangani," kata Fathul di Rusunawa UII, Senin (14/6).

Untuk operasional, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UII, dr Nur Aisyah Jamil menuturkan, pemantauan kesehatan pasien dilakukan secara berkala menggunakan telfon. Ini untuk meminimalisir interaksi fisik antara petugas kesehatan dengan pasien.

Selama 10 hari, Aisyah menerangkan, akan dilakukan pemantauan harian berupa suhu, saturasi dan tekanan darah. Jika diketahui terdapat pasien-pasien yang kondisinya memburuk, nantinya akan langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan memakai ambulans.

"Nanti akan ada ambulans yang stand by 24 jam," ujar Aisyah.

Pasien akan dijaga ketat selama 24 jam oleh perawat-perawat, sedangkan dokter akan berjaga selama jam kerja pagi sampai sore. Selain itu, akan tersedia pula dokter on call 24 jam yang akan datang sewaktu-waktu atau ketika pasien membutuhkan konsultasi.

Selama di shelter, aktivitas pasien akan diisi kegiatan-kegiatan sepertiga berolahraga dan berjemur, serta dilakukan secara mandiri, tidak dilakukan secara bersama-sama. Hal ini diterapkan tidak lain untuk meminimalisir terjadinya interaksi fisik antar pasien.

"Untuk kenyamanan pasien, shelter akan memberikan fasilitas internet dan juga cuci jemur pakaian. Kami menyediakan laundry untuk sprei, yang mana butuh penanganan khusus terkait limbah infeksius yang akan ditangani bersama limbah infeksius lainnya," kata Aisyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement