Senin 14 Jun 2021 11:20 WIB

Media Junta: Kelompok Bersenjata Bunuh 25 Pekerja Konstruksi

Para pekerja itu disebut diculik saat bekerja di jembatan Sungai Uhu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.
Foto: Transborder News via AP
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Media Myanmar yang dikendalikan junta pada Senin (14/6), menuduh kelompok etnis bersenjata membunuh 25 pekerja konstruksi di timur negara itu. Sebelumnya, Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) tersebut diklaim telah menculik 47 orang bulan lalu.

Surat kabar Global New Light of Myanmar dan televisi Myawaddy yang dikendalikan tentara menunjukkan gambar-gambar dari yang tampak seperti 25 mayat dibaringkan di hutan. Mereka mengatakan para pria itu bekerja di Jembatan Sungai Uhu di Distrik Myawaddy, dekat perbatasan dengan Thailand, dan diculik dari lokasi konstruksi pada 31 Mei.

Baca Juga

Global New Light of Myanmar, mengatakan total tujuh mayat ditemukan pada 11 Juni, satu terbakar dan yang lainnya dengan tangan terikat di belakang punggung. Dikatakan 18 mayat lainnya ditemukan pada 12 Juni.

"Petugas dari lokasi pembangunan jembatan memeriksa mayat dengan identitas mereka untuk memberi tahu orang tua dan kerabat," kata laporan itu.

Klaim media pemerintah itu tidak dapat diverifikasi secara independen dan rincian karena pemerintah yang berkuasa telah menutup akses informasi. Namun, konflik di perbatasan Myanmar telah berkobar kembali di beberapa tempat sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Pertempuran telah meningkat di Myanmar timur sejak kudeta dan bentrokan telah mengusir ribuan orang dari rumah mereka. KNDO yang telah memperjuangkan otonomi yang lebih besar bagi rakyat Karen sejak 1947, termasuk di antara kelompok etnis bersenjata yang sangat menentang pengambilalihan militer.

Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, pasukan junta telah membunuh lebih dari 860 orang sejak kudeta. Junta mengatakan jumlahnya jauh lebih rendah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement