Ahad 13 Jun 2021 20:42 WIB

Mengapa Jujur dan Kewarasan Penting untuk Media Sosial?

Islam memandang pentingnya beretika dalam media sosial

Islam memandang pentingnya beretika dalam media sosial. Sebarkan kebaikan lewat media sosial. Ilustrasi
Foto: pixabay
Islam memandang pentingnya beretika dalam media sosial. Sebarkan kebaikan lewat media sosial. Ilustrasi

Oleh : KH Abdul Muiz Ali, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat dan Pengurus Lembaga Dakwah PBNU, dan Duta Pancasila BPIP RI

REPUBLIKA.CO.ID,- Dalam bahasa Arab, kata jujur mempunyai arti as-shidqu atau shiddiq yang artinya benar atau nyata. Lawan kata as-shidqu adalah al-kidzbu yang artinya dusta atau bohong.

Sifat as-shidqu (jujur) termasuk salah satu dari empat sifat mulia yang dimiliki  Rasulullah yaitu as-shidqu (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan berita), dan fathanah (cerdas).  

Baca Juga

Karena betapa pentingnya kejujuran dalam Islam, Alquran menyebut kata as-shidqu (jujur) disebut sebanyak 153 kali dalam ayat yang berbeda. 

Sahabat Nabi sekaligus khalifah pertama dalam Islam, yang bernama Abu Bakar mendapat gelar as-shiddiq (orang yang selalu jujur) karena keistiqamahannya menampakkan dan mempertahankan kejujuran. Perintah untuk bersikap dan berucap jujur dalam Alquran: 

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur)." (QS. At-Taubah: 119).

Jujur akan melahirkan ketenangan batin di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sebaliknya, berbohong termasuk menyebarkan berita bohong (hoaks) melalui sosial media akan mengantarkan pada kenistaan. 

Menyebarkan berita bohong yang melalui media elektronik (sosial media) terdapat ancaman pidana. Rasulullah SAW bersabda: 

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Muslim no 2607).

Dalam hadis riwayat Al Hakim disebutkan, di antara doa Rasulullah SAW adalah berlindung dari sikap tidak jujur (kemunafikan),

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْكُفْرِ ، وَالْفُسُوقِ ، وَالشِّقَاقِ ، وَالنِّفَاقِ ، وَالسُّمْعَةِ ، وَالرِّيَاءِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sumah, dan riya’.”

Cara efektif hindari hoaks

Fenomena berita bohong (hoaks) ada sejak kesejarahan manusia berlangsung. Konon, Nabi Adam 'alaihissalam bersama istrinya "termakan" berita hoaks dari iblis yang mengakibatkan keluar dari surga. Nabi Muhammad SAW juga pernah serangan berita bohong dari orang-orang munafik. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement