Ahad 13 Jun 2021 09:45 WIB

Ridwan Kamil Sebut BOR Kota Bandung Capai 85 Persen

Ridwan Kamil menilai kenaikan kasus Covid di Jabar masih terkendali.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) didampingi Plt Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS) Dr.Yana Muhammad Supriatna (kedua kanan) meninjau ruang isolasi Kemuning di RSHS, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (12/6/2021). Ridwan Kamil menyatakan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di keseluruhan Jawa Barat masih dalam tahap terkendali meski mengalami peningkatan mencapai 68 persen dampak arus mudik dan libur lebaran.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) didampingi Plt Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS) Dr.Yana Muhammad Supriatna (kedua kanan) meninjau ruang isolasi Kemuning di RSHS, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (12/6/2021). Ridwan Kamil menyatakan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di keseluruhan Jawa Barat masih dalam tahap terkendali meski mengalami peningkatan mencapai 68 persen dampak arus mudik dan libur lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, mengakui fakta terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pascalibur lebaran yang masa inkubasinya jatuh di pekan ini. Hal ini menunjukan, ketidaktaatan pada imbauan mudik membawa pada kondisi naik kasus Covid-19.

"Jadi ini nyata. Kalau pada saat itu semua taat tidak akan terjadi lonjakan seperti sekarang. Jadi ini tolong diulas di media pentingnya ketaatan itu. Kenapa? Karena data pada hari lebarannya itu rendah. Salah satu peresentase (kasus) terendah itu justru di hari Lebaran. Sekarang ada kenaikan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai Inspeksi Mendadak (Sidak) ke IGD RSHS, Sabtu malam (13/6).

Baca Juga

Menurut Emil, Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur Jabar secara keseluruhan ada di 68 persen. Artinya, sudah melewati standar WHO tapi masih di bawah titik kritis dari pemerintah pusat.

"Kalau dizoom lagi ke daerah Bandung Raya ini memang BOR-nya sudah sangat tinggi karena 50 persen pasien datang dari luar Kota Bandung memilih untuk mendapatkan perawatan Covid di sini. Sehingga, menaikkan BOR di angka 85 persen," paparnya.

Dari rata-rata pasien yang ke Bandung itu, kata Emil, ia mengecek paling banyak datang ke rumah sakit Hasan Sadikin (RSHS). Di RSHS ini, terbagi dua kalau ruang isolasi ICU keterisiannya 64 persen termasuk tinggi.

Namun, ICU dari dulu sampai sekarang memang selalu tinggi karena jumlah tempat tidur terbatas hanya 40. Jadi, keterisiannya ada di 80 persen.

"Jadi saya titip ke media juga jangan memperpanik karena ICU dari dulu seperti itu. Jatah bed untuk Covid 19 masih 26 persen jadi masih ada ruang menjadi 40 persen dua kali lipatnya kalau kira-kira ruang isolasi yang 60 persen ini naik mendekati penuh, maka ada pergeseran dikonversi menjadi bed Covid-19," kata Emil.

Jadi intinya, kata Emil, ada kenaikan tapi masih terkendali. Pemerintah,  sudah menyiapkan kalau terjadi kenaikan rasio bed untuk Covid-19 menjadi lebih tinggi dari rata-rata 20 ke 30 sampai 40 persen maka isolasi non rumah sakit akan disiapkan.

"Karena catatan RSHS banyak yang sedikit-sedikit ingin ke rumah sakit padahal diagnosanya cukup isoman," katanya.

Emil meminta masyarakat memahami bila OTG tidak bisa dirawat di rumah sakit. "Jadi tidak betul ada ditolak itu, bukan ditolak dokter menilai Anda tidak perlu dirawat cukup di rumah. Jadi bukan tidak penuh, karena kenyataannya juga tidak penuh. Bahwa naik iya tapi tidak penuh," kata Emil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement