Rabu 09 Jun 2021 18:13 WIB

Pengakuan Rabi Soal Beda Yahudi dan Zionis Sikapi Palestina

Yahudi dan Zionisme dua hal yang berbeda terutama sikapi isu Palestina

Yahudi dan Zionisme dua hal yang berbeda terutama sikapi isu Palestina. Zionisme (ilustrasi).
Foto: Panoramio.com
Yahudi dan Zionisme dua hal yang berbeda terutama sikapi isu Palestina. Zionisme (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, – Yahudi dan gerakan Zionisme bukanlah hal yang sama. Keduanya ada perbedaan masing-masing. Seperti Apa? 

Pengakuan rabi Yahudi dan aktivis anti-Zionisme yang disampaikan pada acara konferensi internasional 'Freedom and Right of Return Palestine and 60 Years of Ethnic Cleansing' pada 2008 lalu, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika, cukup mengejutkan.  

Baca Juga

Zahra, aktivis Neturai Karta International, Dovid Weiss mengatakan seharusnya Israel sadar bahwa ajaran Yahudi tidak mengajarkan untuk mengambil alih wilayah itu. 

"Hal ini membuktikan terdapat perbedaan antara gerakan zionisme Israel dan Yahudi," katanya. Aharon Cohen, yang juga aktivis Neturai Karta International mengatakan, ajaran Yahudi amat mengecam tindakan invasi yang dilakukan Israel. Menurut dia, saat ini terdapat beberapa golongan dalam agama Yahudi. 

Pertama, Yahudi-Ortodoks, yaitu sekelompok Yahudi yang tidak mementingkan akhlak dengan menjajah Palestina dan mengklaim bahwa tanah Palestina milik mereka. Kedua, penganut Yahudi yang meyakini pendirian negara apa pun di dunia, di atas negara lain merupakan tindakan yang dilarang. "Kelompok Zionis itu termasuk pada kelompok yang menghendaki pendudukan di Palestina," ujarnya. 

Dalam ajaran Yahudi, menurut Cohen, menyadari perlu adanya hak kembali bagi bangsa Palestina. Akan tetapi, lanjutnya, kaum zionis tetap bersikeras untuk melakukan pendudukan terhadap wilayah Palestina. Kelompok ini menurut Cohen merupakan kelompok minorita yang berasal dari kalangan awam, atau bukan rohaniawan Yahudi. 

Masalah yang dihadapi zionis saat ini, menurut Cohen, adalah pertentangan antara kelompok zionis yang menghendaki pendudukan tanah Palestina, dan kelompok yang anti-zionisme yang tidak menghendaki pendudukan itu. 

Sebelumnya, tutur Cohen, penganut Yahudi hidup berdampingan secara damai dengan bangsa Palestina. Akan tetapi, dengan adanya tekanan oleh zionis terhadap bangsa Palestina, terjadilah konflik antardua bangsa itu. "Bahkan, ketika Inggris menyatakan akan membantu zionis Israel dalam pendudukan itu, teradi perdebatan di kalangan parlemen Inggris antara pro dan kontra terhadap dukungan ini," ungkapnya.

Untuk penyelesaian konflik yang berkepanjangan itu, menurut Cohen, perundingan masih bisa diteruskan. "Rakyat Palestina harus terus berjuang perjuangkan hak-hak mereka," tegasnya.

Rabi Aharon Cohen dan Rabi Yisroel Dovid Weiss dari Neturai Karta Internasional, sebuah organisasi Yahudi anti zionisme. Baik Cohen maupun Weiss mengatakan zionisme bukanlah bagian dari umat Yahudi karena pandangannya mengenai institusi negara. Weiss bahkan mewanti-wanti agar dengan tegas dibedakan zionisme dengan ajaran Yahudi.

Cohen mengatakan sebuah dosa besar bagi bangsa Yahudi mendirikan sebuah intitusi negara karena hal itu berarti mengingkari takdir Tuhan. Menjadi takdir bangsa Yahudi untuk tinggal dimanapun berada.

Sementara Weiss mengatakan tindak kekerasan bukanlah solusi ampuh menuju perdamaian. Weiss juga menekankan betapa Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup rukun berdampingan di tanah Palestina sebelum zionis Israel merampas semua kehidupan indah mereka.

Sebagian besar pembicara juga berpandangan sekarang lah saatnya Palestina merdeka dan berhak menentukan nasibnya sendiri. Seperti dikatakan Cohen, entitas Israel harus secepatnya dibubarkan secara damai disusul dengan referendum oleh rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun Cohen memperingatkan jalan itu tidak akan mudah tetapi harus dilalui demi kemerdekaan dan masa depan bangsa Palestina. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement