Selasa 08 Jun 2021 17:28 WIB

Musik Memengaruhi Jenis Makanan yang Dikonsumsi

Kelompok yang mendengar musik lambat, cenderung bisa lebih memilih makanan yang sehat

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Berdasarkan studi terbaru dari Aarhus University di Denmark, musik yang didengarkan saat waktu makan, bisa mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. (ilustrasi)
Foto: Republika/Amin Madani
Berdasarkan studi terbaru dari Aarhus University di Denmark, musik yang didengarkan saat waktu makan, bisa mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan studi terbaru dari Aarhus University di Denmark, musik yang didengarkan saat waktu makan, bisa memengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam studi itu, para peneliti membandingkan kelompok musik lambat, komposisi cepat dan kurang harmonis dengan nada dasar minor.

Hasilnya, kelompok yang mendengar musik lambat, cenderung bisa lebih memilih makanan yang sehat. Hal itu, diklaim para peneliti karena kelompok tersebut tidak terganggu atau mendapatkan emosi negatif dari musik. Mereka lebih fokus dan mempetimbangkan makanan yang lebih baik.

Baca Juga

Hal berbeda dengan musik komposisi cepat dan kurang harmonis dengan kunci dasar minor. Diketahui, nada dan musik itu bisa memicu emosi sedih dan tegang.

Faktanya, penelitian ini bukan yang pertama kalinya membuktikan, jika makanan yang kita konsumsi bisa terpengaruh oleh tingkat kebisingan. Sebab, pada 2013 lalu, para peneliti di University of Birmingham, juga menganalisis 24 studi tentang efek gangguan oleh kebisingan dan rangsangan visual seperti televisi.

 

Hasilnya, mereka menemukan, bukan hanya kita yang terganggu saat makan tetapi, juga saat tiba waktu makan selanjutnya. Dijelaskan, hal itu, karena saat memutuskan hendak makan apa, secara tidak sadar kita memperhitungkan asupan dan kadar konsumsi juga.

"Cukup sederhana, ini mengurangi gangguan yang dapat mendorong konsumsi berlebihan dan berpotensi meningkatkan kenikmatan makan,’’ kata Profesor Jason Halford, spesialis psikologi dan obesitas, di University of Leeds dikutip dari Daily Mail, Selasa (8/6).

Lebih jauh, makan tanpa gangguan suara menurut penulis studi Profesor Gina Slejko, juga bisa menciptakan ’titik jeda’ alami. Hal itu, menjadikan konsumsi makanan oleh kita menjadi pemicu kesadaran perilaku, sehingga bisa mempertimbangkan jumlah makanan. Hal itu, menurut Gina, menjadi alasan untuk mengkonsumsi makanan dengan tenang.

Terpisah, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan November lalu di Korean Journal of Medical Science, berbicara keras di ruang makan, juga dikaitkan dengan penularan Covid-19 yang lebih besar. Namun, keheningan total saat makan tetap saja diklaim sulit diterima oleh semua.

"Ini bisa sangat sulit bagi orang yang menggunakan makanan untuk menyembunyikan atau mengalihkan perhatian mereka dari perasaan mereka,’’ kata penulis, Christine Wade-Ramsey.

Jadi, jika Anda merasa sulit untuk duduk dan makan dalam keheningan, cobalah memainkan musik latar yang tenang saat Anda makan. Asalkan, dengan catatan musik itu memiliki ketukan yang lambat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement