Selasa 08 Jun 2021 06:28 WIB

Santri Pesmadai Raih Gelar Sarjana dan Wisudawan Terbaik

Wisuda adala waktu untuk merapikan mimpi.

Siti Maulidya Chairunnisa, santri Pesmadai, berhasil meraih gelar sarjana dan wisudawan tebaik UIN Jakarta, Sabtu (5/6).
Foto: Dok Pesmadai
Siti Maulidya Chairunnisa, santri Pesmadai, berhasil meraih gelar sarjana dan wisudawan tebaik UIN Jakarta, Sabtu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Begitulah adagium populer yang acapkali  mampir di telinga. Pepatah ini agaknya tepat menggambarkan pencapaian yang berhasil diraih salah satu putri Indonesia ini. 

Namanya Siti Maulidya Chairunnisa. Sabtu (5/6), Lidya, begitu ia biasa disapa, resmi menyandang gelar sarjana SSos. Momen ini juga terbilang amat istimewa sebab dia berhasil mendapat predikat sebagai salah satu wisudawan terbaik . 

Ia dikukuhkan pada Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana ke-120 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang digelar secara online, Sabtu (5/6).

Berhasil meraih anugerah sebagai wisudawan terbaik pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi dari perguruan tinggi ternama Tanah Air, wanita kelahiran Bekasi, Jawa Barat  inipun mengaku sangat senang dan bersyukur. 

"Kalimat pertama yang pantas terucap adalah Alhamdulillaahilladzi bi ni'matihi tatimmush shalihaat," kata perempuan berhijab ini seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Lidya mengatakan, pencapaiannya ini bukan karena usahanya semata melainkan ada campur tangan pertolongan dan bantuan dari Allah yang telah memudahkan dirinya dapat sampai di titik akhir menyelesaikan studi sarjana dan lulus tepat waktu.

"Wisuda buat saya adalah waktu untuk merapikan mimpi, setelah melewati perjuangan yang luar biasa hebatnya. Wisuda juga merupakan waktu untuk melihat peluang lebih luas serta menjadi awal gerbang kehidupan baru akan segera dimulai," katanya. 

Lidya yang juga santriwati Pesmadai Putri angkatan pertama ini berharap, ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh dapat bermanfaat khususnya untuk diri dan umumnya untuk keluarga, agama, bangsa, negara, dan umat. 

"Saya juga berharap dapat berperan dan berkontribusi dengan mengamalkan ilmu yang telah saya pelajari, utamanya dari pengalaman belajar di Pesmadai.yang telah lama menjadi impian saya untuk bisa berhimpun dengan orang-orang hebat, memiliki visi dakwah di tengah-tengah umat, sehingga tidak menjadi orang yang cerdas namun abai terhadap lingkungan dan keadaan sesama. Terlebih kultur ibadah benar-benar ditekankan selama di Pesmadai ini," imbuhnya. 

Selain sibuk dengan rutinitas di ruang kuliah, Lidya juga sosok organisatoris yang banyak terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan. Di antaranya ia pernah memimpin UKM LDK Syahid Komisariat Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.

Lidya yang mengambil jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) ini juga aktif dalam pengembangan literasi dengan bergabung menjadi anggota dan dan pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat. 

Di antara buah karya literasinya adalah saat menyoroti masalah stunting di Tanah Air dengan menulis makalah ilmiah berjudul "Digitalisasi Penanggulangan Stunting Sejak Dini" yang kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku rampai berjudul "Representasi Materi Komunikasi Penyuluhan di Era Revolusi Industri 4.0" bersama sejumlah penulis lainnya. 

Dengan seabreg kenangan di salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam tertua di Indonesia ini, maka, wajar Lidya mengaku tak bisa melupakan berbagai memori pada almamaternya tersebut. 

Ia pun menceritakan kembali awal pertama menjalani proses perkuliahan di Kampus Biru itu. Sejak awal, ia sudah langsung klop dengan mata kuliah yang baginya menarik dan sesuai dengan minatnya. 

Lidya juga tak dapat melupakan peran dosen pengajar dengan berbagai macam karakter menjadi keunikan tersendiri dalam menjalani aktivitas perkuliahan. "Itu adalah tantangan mahasiwa untuk memahami materi dengan cara yang berbeda-beda," katanya.

Memasuki tahun ke-2, perjalanan studi Lidya makin banyak dengan segala aktivitas di lapangan. Hal itu membuatnya semakin lebih semangat untuk segera menyelesaikan dan mengambil peran. 

"Meskipun di semester akhir menjalani perkuliahan daring, tapi itu semua tidak mengurangi ghirah saya untuk terus menyelami hikmah yang akan Allah kasih untuk kita semua," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement