Ahad 06 Jun 2021 12:25 WIB

UMS Mulai Kuliah Tatap Muka dengan 30 Persen Mahasiswa

UMS juga bakal mengupayakan vaksinasi kepada mahasiswa.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Fernan Rahadi
Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Foto: Humas UMS
Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) siap memulai perkuliahan tatap muka pada semester gasal tahun ajaran 2021/2022 pada Agustus mendatang. Rencananya, kuliah tatap muka tahap pertama bakal diikuti 30 persen mahasiswa.

Rektor UMS, Sofyan Anif, mengatakan, persiapan kuliah tatap muka telah dilakukan. Salah satunya vaksinasi Covid-19 terhadap para dosen dan karyawan yang dimulai Mei 2021.

"Mulai Agustus kuliah tatap muka secara bertahap. Pertama nanti kami coba 30 persen dulu. Itu menjadi pilihan masing-masing fakultas dan masing-masing program studi," kata Sofyan Anif kepada wartawan di gedung Edutorium UMS, pekan lalu.

Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan UMS tersebut menambahkan, untuk pembelajaran bersifat keterampilan atau praktik itu semua mata kuliah praktik harus dilakukan secara luring di laboratorium. Namun, kampus menerapkan protokol kesehatan dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ketat.

"Jumlah mahasiswa dikurangi, kapasitas ruang praktik dari 40 orang hanya 15 orang, dengan durasi waktu juga kami kurangi," katanya.

Selain vaksinasi kepada dosen dan karyawan, UMS juga bakal mengupayakan vaksinasi kepada mahasiswa. Nantinya, mahasiswa yang akan mengikuti kuliah tatap muka bakal ditanya apakah sudah divaksin. Jika belum, maka akan wajib menjalani swab antigen.

"Makanya nanti setelah diidentifikasi ada yang belum divaksin, langkah pertama kami carikan vaksin. Saya tadi sudah bilang ke Pak Wali Kota Solo. Kalau misalnya boleh, nanti kami koordinasikan dengan Pemkot Solo dan Pemkab Sukoharjo karena UMS di dua wilayah. Vaksinasinya bertahap karena total 35 ribu mahasiswa," papar Sofyan Anif.

Sementara itu, Wakil Rektor 1 Bidang Akademik UMS, Harun Joko Prayitno, mengatakan, pada prinsipnya kuliah itu aslinya tatap muka dan proses. Namun, selama masa pandemi perkuliahan tatap muka ditiadakan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Meski demikian, Harun menilai perlu dimulai proses perkuliahan skala mikro. UMS akan memulai skala mikro misalnya layanan konsultasi skripsi, maupun layanan bimbingan tugas akhir.

"Mikro itu tiga orang ya, saya kira perlu dilakukan supaya ada proses. Mikro itu sekarang penting menjadi penghela, jadi jangan ditiadakan sama sekali," terang Harun.

Guru Besar Bidang Ilmu Pragmatik dan Pengajarannya itu menambahkan, vaksinasi Covid-19 penting sebagai syarat dimulainya kuliah tatap muka. Namun, menjaga imun tubuh dan melakukan perbaikan gizi jauh lebih penting untuk mencegah penularan Covid-19.

"Kalau cuma dikasih vaksin, imun tidak ditingkatkan tidak bisa. Kalau pembelajaran jarak jauh saja, tidak ada jalan keluar untuk interaksi komunikasi dosen dan mahasiswa saya kira jalan buntu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement