Kamis 03 Jun 2021 14:53 WIB

Mahasiswa UMM Juara Kompetisi Opini Tingkat Nasional

Perlu ada evaluasi efektivitas pembelajaran daring yang telah dan sedang dilakukan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah UMM, Aldi Bintang Hanafiah
Foto: Humas UMM
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah UMM, Aldi Bintang Hanafiah

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengharumkan nama kampus di lomba penulisan opini. Perlombaan tingkat nasional ini diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasisiwa (BEM) UMM dalam event University Opinion Writing Competition yang diselenggarakan secara daring pada Mei 2021.

Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah UMM, Aldi Bintang Hanafiah,  meraih juara dua pada kompetisi tersebut.  Pada gelaran ini, Aldi mengikutsertakan opini karangannya yang berjudul “Pendidikan Era Pandemi: Melangkah di Tengah Krisis”.

Tulisannya membahas tentang gambaran pendidikan Indonesia dan dunia yang umumnya berdampak pada anak-anak. Berdasarkan data UNESCO, 1,5 miliar anak harus mengikuti pendidikan secara daring. Sementara di Indonesia ada sekitar 60 juta anak yang terdampak.

Aldi juga memberikan kritik atas kurangnya pemerataan fasilitas pendidikan di Nusantara. Menurut dia, pendidikan daring menghasilkan lulusan atau pendidikan yang berbeda dengan bersistem luring sebelum pandemi.

Sebab itu, perlu adanya evaluasi efektivitas pembelajaran daring yang telah dan sedang dilakukan. "Saya juga masyarakat serta pemerintah bersama-sama memenuhi kebutuhan akses media dan juga jaringan yang dibutuhkan untuk memperoleh pendidikan," kata Aldi, Rabu (2/6).

Dalam opininya, mahasiswa kelahiran Lampung ini memberikan tiga solusi. Pertama, pembangunan akses media yang merata mengingat situasi pandemi masih belum ada jalan terang. Selanjutnya, peran guru harus memiliki kompetensi literasi khususnya dalam dunia digital.

Terakhir, lembaga pendidikan juga dituntut untuk  membuat kurikulum yang interaktif dan inovatif serta dapat menumbuhkan perkembangan peserta didik. “Tiga solusi itu saya tawarkan agar pendidikan Indonesia tidak stuck dan berhenti pada kebijakan pendidikan online saja,” ujarnya.

Selama menulis opini, Aldi mengaku sempat mengalami hambatan terkait data pendukung. Ia juga kesulitan menentukan sudut pandang yang menarik, hingga menyempatkan waktu menulis. Meskipun demikian, dia sanggup menyelesaikan opini ini dalam waktu satu pekan.

"Tentunya dukungan dari kawan-kawan dan para guru membuat saya bersemangat menggarap opini ini," jelasnya. Aldi berharap setelah menjuarai lomba opini bisa lebih meningkatkan kemampuan menulis dan analisis.

Sebab, secara umum opini bisa memberikan alternatif bagi lembaga pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, dia berharap teman-teman lain bisa termotivasi dan akhirnya memberikan karya serta kontribusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement