Kamis 03 Jun 2021 14:34 WIB

Menteri ESDM Harapkan Insentif Dongkrak Produksi Migas

Sumur-sumur minyak di Indonesia sudah menurun produktivitasnya

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/6). Rapat kerja tersebut membahas Asumsi Dasar Makro Sektor ESDM RAPBN Tahun Anggaran 2021, Penetapan Asumsi Dasar Makro Sektor ESDM RAPBN Tahun Anggaran 2021 dan Pengantar Pagu Indikatif RKP K/L dan RKA K/L Tahun Anggaran 2022.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/6). Rapat kerja tersebut membahas Asumsi Dasar Makro Sektor ESDM RAPBN Tahun Anggaran 2021, Penetapan Asumsi Dasar Makro Sektor ESDM RAPBN Tahun Anggaran 2021 dan Pengantar Pagu Indikatif RKP K/L dan RKA K/L Tahun Anggaran 2022.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM Arifin Tasrif menetapkan target produksi dan lifting migas pada tahun depan tak beda jauh dengan target tahun ini. Hanya saja di tengah penurunan alami produktivitas lapangan migas di Indonesia maka perlu insentif untuk mendongkrak produksi.

Arifin menjelaskan pada 2022 mendatang lifting minyak hanya akan mencapai 686 hingga 726 ribu barel per hari. Sedangkan gas sebesar 1.031 hingga 1.103 barel setara minyak per hari. Kondisi ini kata Arifin tak bisa ditampik. Sebab, melihat realisasi lifting pada kuartal pertama tahun ini saja dari 15 KKKS terbesar saat ini produksinya masih di bawah target.

"Mengenai lifting minyak dan kondensat, kita melihat bahwa capaian-capaian yang dicapai oleh 15 KKKS besar ini umumnya di bawah rata-rata dari target," kata Arifin di Komisi VII DPR RI, Rabu (2/6).

Dia menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun, target lifting mengalami penurunan. Itu disebabkan keadaan sumur-sumur minyak di Indonesia sudah menurun produktivitasnya. "Nah inilah yang juga menyebabkan bahwa sumur-sumur tua itu ditinggalkan oleh KKKS-KKKS sebelumnya karena memang lebih banyak diproduksi air daripada minyaknya," tambah Arifin.

Selain lapangan tua, Arifin juga menjelaskan saat ini KKKS besar juga sudah mulai mengalihkan perhatiannya ke sektor energi baru terbarukan. Selanjutnya banyak KKKS mengalihkan kegiatannya ke Brazil, hingga Meksiko karena pemberian insentifnya yang lebih baik.

"Sebagai suatu ilustrasi bahwa kebanyakan pemain-pemain besar minyak dunia ini sekarang sudah mulai mengurangi capex untuk investasi-investasi besar," sebut Arifin.

Arifin menilai perlu ada daya tarik untuk investor agar bisa mempertahankan investasinya di Indonesia. Harapannya dengan insentif fiskal maka bisa mendorong mereka untuk menggelontorkan investasi agar produksi bisa bertambah.

"Kita sedang mempersiapkan satu proposal ke kementerian terkait, yaitu Kementerian Keuangan untuk bisa memberikan keringanan fiskal-keringanan fiskal lebih lanjut," papar Arifin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement