Jumat 28 May 2021 11:40 WIB

Jutaan Rakyat Myanmar Tercekik Kenaikan Harga Usai Kudeta

Kenaikan harga bahan bakar dan pangan di Myanmar membuat warga terancam kelaparan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Aksi protes warga pascakudeta militer terhadap pemerintahan Myanmar.
Foto: VOA
Aksi protes warga pascakudeta militer terhadap pemerintahan Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Myanmar mengalami kelumpuhan ekonomi sejak perebutan kekuasaan militer. Sistem perbankan hingga sektor ekonomi terpuruk oleh sebab pemogokan yang terjadi di seluruh negeri menuntut pembatalan kudeta.

Mata pencaharian banyak yang hilang setelah pemogokan dan penutupan pabrik. Harga bahan bakar melonjak tajam. Sementara rakyat yang cukup beruntung memiliki tabungan bank mengahdapi antrean sepanjang hari untuk menarik uang tunai mereka.

Baca Juga

Mencari nafkah di arena publik juga menjadi bahaya keamanan karena tindakan keras militer tanpa pandang bulu dan brutal terhadap perbedaan pendapat menyelimuti kekhawatiran warga sipil Myanmar. Di negara yang pada waktu normal mengekspor beras, kacang-kacangan, dan buah-buahan, namun Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa jutaan orang akan kelaparan dalam beberapa bulan mendatang,

"Kami harus memberi makan anak-anak kami agar mereka tidak kelaparan," kata seorang ibu di Yangon, Aye Mar dikutip laman The Strait Times, Jumat (28/5). Ibu berusia 33 tahun itu tidak bekerja, sementara suaminya dipaksa untuk mengambil pekerjaan serabutan yang ditawarkan, termasuk menggali septic tank.

 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement