Kamis 27 May 2021 06:42 WIB

Gugatan UE Terhadap AstraZeneca Mulai Disidangkan

Kegagalan pemasokan vaksin sempat menghambat upaya vaksinasi di seluruh UE.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Virginia Mayo/AP/picture-alliance
Virginia Mayo/AP/picture-alliance

Pengadilan di Brussels, Rabu (26/5) mulai menyidangkan pengaduan hukum Komisi Eropa terhadap grup farmasi AstraZeneca. Uni Eropa (UE) mengajukan gugatan karena produsen obat Inggris-Swedia itu gagal memasok jutaan vaksin Covid-19 seperti disepakati dalam kontrak. Kegagalan pemasokan itu sempat menghambat upaya vaksinasi di seluruh UE.

UE juga menuduh AstraZeneca - yang bekerja sama dengan Universitas Oxford dalam mengembangkan vaksinnya - memfavoritkan Inggris dalam pengiriman vaksin produknya.

Pengacara dari kedua belah pihak muncul di hadapan hakim di pengadilan di Brussels untuk pertama kalinya dan memaparkan kasus mereka. Sidang selanjutnya dijadwalkan digelar pada hari Jumat, 28 Mei, kata pengadilan.

AstraZeneca bantah komitmen pengiriman vaksin

AstraZeneca awalnya berkomitmen menyalurkan 300 juta dosis vaksin dari Desember 2020 hingga akhir Juni 2021. Namun, yang dikirimkan dan tiba pada empat bulan pertama 2021 hanya hanya 30 juta dosis.

Menurut Komisi Eropa, AstraZeneca sekarang hanya menjanjikan 70 juta dosis pada kuartal kedua 2021, sekalipun yang telah dijanjikan adalah penyaluran 180 juta dosis.

Dengan gugatan ini, UE ingin menekan AstraZeneca untuk menyalurkan lebih 90 juta lebih dosis vaksin sebelum bulan Juli.

AstraZeneca berulang kali membantah telah gagal memenuhi komitmennya dan menyebut tuduhan Komisi Eropa "tidak berdasar." Menurut pengacaranya, AstraZeneca tidak berkewajiban mengirimkan seluruh volume dosis seperti yang dijanjikan, dan mengklaim bahwa pihaknya hanya "berkomitmen" untuk melakukan "upaya terbaik yang wajar".

AstraZeneca utamakan pengiriman ke Inggris?

UE mengatakan telah menginvestasikan 2,7 miliar euro sebagai bagian dari perjanjian dengan AstraZeneca untuk membiayai produksi vaksinnya di empat pabrik. Pengacara Komisi Eropa Rafael Jafferali mengatakan, perusahaan itu seharusnya menggunakan keempat pabrik yang tercantum dalam kontrak untuk pengiriman vaksin ke UE. 

"Kontrak tersebut mencantumkan serangkaian unit produksi yang digunakan AstraZeneca dan masih (digunakan) hari ini, '' kata Rafael Jafferali. Diplomat dan anggota parlemen UE juga menunjukkan bahwa AstraZeneca sebagian besar telah memenuhi pesanan dosis vaksin ke Inggris, yang menjadi lokasi kantor pusat perusahaan.

Direktur AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan kepada harian Financial Times, pemerintah Inggris memang telah mendapat jaminan prioritas untuk pengiriman vaksin. Dia mengatakan itu bagian dari kesepakatan yang ditandatangani dengan Universitas Oxford sebagai imbalan atas investasi mereka, sebelum AstraZeneca bergabung sebagai mitra untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin.

"Tentu saja, ketika Anda melakukan sesuatu seperti ini sebagai pemerintahan, Anda tidak melakukannya secara gratis,'' kata Soriot." Anda ingin ada imbalannya, dan itu cukup adil, yaitu prioritas. ''

hp/as (afp, ap)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement