Rabu 26 May 2021 13:12 WIB

Saudi Batasi Volume Pengeras Suara Eksternal Masjid

Volume tidak melebihi sepertiga dari volume penuh pengeras suara.

Seorang muadzin di masjid Nabawi bersiap melantunkan suara adzan di area Mukabariyah. (foto ilustrasi)
Foto: saudigazette
Seorang muadzin di masjid Nabawi bersiap melantunkan suara adzan di area Mukabariyah. (foto ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Urusan Islam Arab Saudi telah mengeluarkan catatan yang membatasi penggunaan pengeras suara eksternal masjid selama adzan. Volume tidak melebihi sepertiga dari volume penuh pengeras suara.

Menteri Urusan Islam Saudi, Sheikh Dr Abullatif bin Abdulaziz al-Sheikh, mengeluarkan surat edaran pada Ahad (23/5) memberi tahu masjid untuk memastikan bahwa volume tidak melebihi sepertiga dari volume penuh pengeras suara.

Kementerian memperhatikan penggunaan pembicara eksternal selama doa, yang dapat memengaruhi mereka yang rentan, orang tua dan anak-anak di sekitarnya.

Kementerian juga membahas masalah pengeras suara yang mengganggu sholat yang diadakan di masjid terdekat. "Dalam Islam, kami harus memastikan bahwa kami adalah sumber kedamaian dan kenyamanan bagi semua. Suara juga merupakan bagian darinya," kata Redham, seorang warga Amerika di Jeddah, dilansir di The National News, Rabu (26/5).

Menurutnya, jika sholat, yang dapat berlangsung hingga 10 hingga 15 menit, diputar dengan keras di speaker, itu dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi mereka yang tinggal di sebelah masjid, termasuk Muslim dan non-Muslim.

Surat edaran itu mengatakan keputusan itu didasarkan pada hukum Islam dan pada sabda Nabi Muhammad bahwa bahkan saat jamaah sedang sholat, mereka tidak boleh menyakiti atau menyebabkan ketidaknyamanan satu sama lain melalui bacaan keras selama sholat.

Ditekankan bahwa suara imam harus didengar oleh semua orang di dalam masjid selama sholat, dan tidak perlu didengarkan di rumah tetangga atau di luar. "Saya selalu bertanya-tanya mengapa pengeras suara sangat keras. Ini bukan kompetisi antarimam dari masjid yang berbeda," kata Haya Idrees, seorang warga Jeddah.

Idrees mengungkapkan, terkadang suara sholatnya sangat nyaring, hingga ia bisa mendengar dua masjid pada saat yang sama. Dengan demikian, ada suara ekstra dan tumpang-tindih. "Saya menyambut baik putusan ini. Sungguh sangat bijaksana dan menggambarkan ajaran dan nilai-nilai Islam yang sebenarnya," ujarnya menambahkan.

Arab Saudi memiliki lebih dari 98.800 masjid, termasuk masjid paling penting dalam Islam, Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Pada 2018, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman meluncurkan proyek untuk merenovasi lebih dari 130 masjid bersejarah di kerajaan. Beberapa masjid penting sedang direnovasi di seluruh negeri, termasuk yang dibangun oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement