Rabu 19 May 2021 09:48 WIB

IHSG Melemah Tertekan Penurunan Bursa Global

Indeks saham Asia pagi ini dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham Wall Street

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5). IHSG dibuka melemah ke level 5.817,13 dan terus turun ke level 5.795,05.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5). IHSG dibuka melemah ke level 5.817,13 dan terus turun ke level 5.795,05.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona negatif pada perdagangan hari ini, Rabu (19/5). IHSG dibuka melemah ke level 5.817,13 dan terus turun ke level 5.795,05. Pada perdagangan sebelumnya, IHSG sempat ditutup menguat tipis. 

Pergerakan IHSG ini sejalan dengan bursa saham global yang mayoritas melemah hari ini. Dari Asia, indeks Nikkei 225 Jepang terkoreksi 1,40 persen, diikuti indeks Strait Times Singapura yang melemah 0,41 persen, lalu Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,30 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia menyebut indeks saham Asia pagi ini dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street. Semalam, ketiga indeks utama mencatatkan penurunan selama dua hari beruntun. 

"Penurunan tajam harga saham di sektor Telekomunikasi serta data Housing Starts yang keluar lebih buruk dari estimasi berhasil membayangi sentiment positif dari rilis laporan keuangan dari emiten besar di sektor ritel seperti Walmart, Home Depot dan Macy’s," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (19/5).

Selain itu, menurut riset, hari ini investor menantikan rilis notulen rapat kebijakan the Fed (FOMC) bulan lalu. Investor melihat apakah kenaikan laju inflasi akan terbukti bersifat sementara (transitory) atau akan berlangsung lama. 

Investor juga mencerna pernyataan Menteri keuangan AS Janet Yellen di depan Kamar Dagang AS mengenai manfaat dari pajak korporasi yang lebih tinggi. Yellen juga mengatakan bahwa para pekerja berupah rendah tidak menikmati pertumbuhan upah yang ideal dalam beberapa dekade terakhir. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan pergerakan pasar saham juga akan mendapat pengaruh dari kondisi geopolitik Israel dan Palestina. "Dari sisi risiko geopolitik, kekhawatiran atas konflik Israel – Palestina turut menambah rasa tidak nyaman investor," tulis riset.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement