Selasa 18 May 2021 09:46 WIB

IHSG Bergerak Mix di Tengah Kenaikan Inflasi AS

IHSG sempat melemah ke level 5.823,47 setelah dibuka menguat di level 5.836,08.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5). IHSG sempat melemah ke level 5.823,47 setelah dibuka menguat di level 5.836,08.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5). IHSG sempat melemah ke level 5.823,47 setelah dibuka menguat di level 5.836,08.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada perdagangan pagi ini, Selasa (18/5). IHSG sempat melemah ke level 5.823,47 setelah dibuka menguat di level 5.836,08.

Phillip Sekuritas Indonesia menyebut pergerakan IHSG hari ini dipengaruhi oleh kenaikan laju inflasi di Amerika Serikat (AS). Indeks saham di Asia dibuka naik tipis setelah Wall Street berakhir melemah tertekan penurunan harga saham di sektor teknologi. 

"Sinyal kenaikan laju inflasi telah membuat khawatir investor mengenai potensi kebijakan moneter yang lebih ketat," tulis Phillip Sekuritas Indonesia melalui risetnya, Selasa (18/5). 

Dari sisi makroekonomi, menurut riset, investor mencerna rilis data awal (prelimiliary) pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal I 2021 Jepang. Pada periode tersebut, ekonomi kontraksi 1,3 persen secara kuartalan dan kontraksi 5,1 persen secara tahunan. 

Kontraksi terjadi setelah Pemerintah Jepang memberlakukan kembali kebijakan Lockdown pada bulan Januari di tengah lonjakan jumlah kasus penularan Covid-19. Akibatnya, belanja rumah tangga terpukul dan investasi perusahaan di tunda sementara belanja Pemerintah justru turun.

Konsumsi rumah tangga turun 1,4 persen secara kuartalan, lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar 1,9 persen. Investasi juga turun 1,4 persen secara kuartalan namun lebih buruk dari estimasi pasar yang hanya turun 1,1 persen. Perusahaan telah mengurangi belanja untuk peralatan mesin dan kendaraan bermotor. 

Phillip Sekuritas Indonesia melihat prospek pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal II 2021 sangat tergantung dengan langkah Pemerintah Jepang berkaitan dengan kebijakan lockdown putaran ketiga yang akan berakhir bulan Mei ini. Selain itu, laju vaksinasi di Jepang yang relatif lebih lambat juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi kuartal II. 

Untuk hari ini, menurut riset, investor menantikan rilis notulen rapat kebijakan bulan Mei bank sentral Australia (RBA) dan rilis data Housing Starts AS untuk bulan April.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement