Senin 17 May 2021 19:06 WIB

Total Hengkang, BPH Migas: Pasar Bisnis Hilir Masih Terbuka

Perusahaan migas Prancis, Total, berhenti dari bisnis SPBU di Indonesia.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petugas mengisi bahan bakar minyak ke sebuah kendaraan di SPBU Total di Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan. Total resmi hengkang dari pasar bisnis SPBU di Indonesia.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang petugas mengisi bahan bakar minyak ke sebuah kendaraan di SPBU Total di Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan. Total resmi hengkang dari pasar bisnis SPBU di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) menyatakan tak khawatir terkait hengkangnya Total dari bisnis hilir. Sebab, menurut BPH bisnis hilir migas masih terbuka dan potensial.

Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak menjelaskan secara kebutuhan jumlah SPBU sebenarnya masih kurang jika dibandingkan dengan luasan wilayah dan jumlah penduduk. Maka, menurut Alfon ini merupakan potensi bisnis yang besar.

Baca Juga

"Jumlah SPBU di Indonesia masih kurang, terutama di daerah (luar Jawa) jumlah penyalur masih kurang. Peluang bisnis SPBU di Indonesia masih terbuka, konsumsi BBM kita besar," ujar Alfon, Senin (17/5).

Dia menyebut, sebaran SPBU paling banyak ada di Pulau Jawa dan Bali, yakni mencapai 49,24 persen. Sementara Sumatera sebanyak 23,01 persen, Kalimantan 9,2 persen, Sulawesi 9,47 persen, Papua 3,21 persen, Maluku 2,53  persen, NTB 3,08 persen.

Kondisi ini menurutnya mengindikasikan kebutuhan SPBU di Indonesia masih belum mencukupi. "Ini menunjukkan bahwa jumlah SPBU di Indonesia masih belum cukup, masih kurang. Di Jawa, bila dilihat dari rasio luas wilayah, keberadaan SPBU 1 berbanding 36,11 km, sementara di luar Jawa 1 berbanding 500 km," ujar Alfon.

Menurutnya, berhentinya Petronas dan Total dari bisnis SPBU di Tanah Air bukan karena tidak menariknya bisnis BBM di negara ini, melainkan ada pertimbangan lainnya, seperti portofolio perusahaan yang memang mengurangi bisnis SPBU secara global, serta masalah keekonomian perusahaan.

Meski dua perusahaan asing tersebut berhenti menjual BBM retail di Indonesia, namun menurutnya ada perusahaan lain yang justru berekspansi di bisnis ini, seperti Shell, BP AKR, maupun Vivo.

"Penjualan Jenis Bahan Bakar Umum atau JBU (BBM non subsidi) dilakukan berdasarkan mekanisme pasar masing-masing badan usaha. Pemegang bisnis niaga umum, ada Shell, Vivo, AKR BP, bagaimana kompetisi dengan sehat, bagaimana pelayanan dan informasi jenis kualitas BBM ke masyarakat," ujar Alfon.

Meski Petronas dan Total menutup bisnis SPBU mereka di Indonesia, pihaknya berharap agar Shell, dan lainnya masih bertahan di bisnis ini. "Sekarang ada empat perusahaan retail BBM yakni Pertamina, Shell, Vivo, AKR BP, yang tutup ada dua (Total dan Petronas), mudah-mudahan lainnya bisa bertahan," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement