Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fakhriya Azzahra

Peringati Hari Buku Nasional dengan Bertumbuh Bersama Buku ala Arketipe

Gaya Hidup | Saturday, 15 May 2021, 22:38 WIB
Ilustrasi buku-buku. (Foto: Alfons Morales/Unsplash)

Pepatah lama yang berbunyi buku adalah jendela dunia mungkin makin terasa relevan di masa kini. Di tengah pandemi dan kemajuan teknologi, buku tidak hanya mampu dinikmati secara fisik tetapi kini tersedia secara e-book. Tidak hanya mengedukasi, buku juga mampu sejenak menjadi pelarian diri.

Melalui buah pemikiran Abdul Malik Fadjar Menteri Pendidikan (2001-2004), menjadi cikal bakal lahirnya Hari Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei. Bukan tanpa alasan, melansir dari Tirto.id, tanggal 17 mei dipilih berdasarkan momentum hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980. Dengan harapan dapat menumbuhkan budaya literasi atau meningkatkan minat membaca dan menulis di kalangan masyarakat.

Fakta bahwa minat baca di Indonesia rendah sempat ramai diperbincangkan. Salah satunya, survei penelitian yang dirilis oleh Most Literate Nations pada 2016 lalu. Indonesia menempati urutan ke-60 dari total 61 negara yang diteliti pada kategori literasi internasional. Namun semenjak pandemi, survei oleh The Digital Reader 2020 mengungkapkan minat baca Indonesia menduduki peringkat ke 16 dunia. Melansir dari Good News From Indonesia, adanya pengembangan layanan Perpusnas melalui aplikasi iPusnas yang mempermudah akses membaca buku secara digital turut mempengaruhi hasil survei ini.

Berkenaan dengan literasi, komunitas membaca buku yang satu ini diusung oleh seorang anak muda dengan harapan mampu meningkatkan angka literasi di Indonesia.

Arketipe Ajak Bertumbuh Bersama Buku

Arketipe merupakan lambang dari sebuah harapan. Harapan akan bangkitnya semangat untuk memulai langkah awal kebaikan yang nantinya akan berkembang menjadi hal baru yang lebih besar. Komunitas Baca Buku Arketipe melalui akun Instagram @menjadi.arketipe

Didirikan sejak 2 Januari 2021, Nurul Jamilatun mendirikan Komunitas Baca Buku Arketipe yang lahir dari keresahannya. Sebab dirinya tidak dibiasakan membaca buku serta tidak dikenalkan dengan buku sejak kecil. Bak gayung bersambut, kegelisahannya menuntunnya menemukan banyak orang yang juga mengalami hal serupa.

Dengan dua programnya, SERI (#10halaman1hari) dan SABUK (#1bulan1buku), perempuan yang akrab disapa Jeje ini, ingin mengajak teman-teman yang belum rutin membaca atau yang tidak suka membaca jadi terbiasa membaca buku. Melalui komunitas Arketipe, Jeje berharap dapat berkontribusi memajukan angka literasi di Indonesia.

Bertumbuh bersama buku dipilih dengan harapan Arketipe lewat program membaca bukunya bisa menjadi teman yang mengingatkan member bahwa kita itu harus banyak membaca biar meningkat ilmu kita, berubah cara berpikir kita, dan meningkatkan kualitas diri kita. Karena dengan menjadikan buku sebagai teman, kita ngga akan pernah tersinggung dan sakit hati ketika buku ingin mengubah kita, jelas Jeje saat ditanya makna di balik slogan Bertumbuh Bersama Buku yang tertera di akun Instagram @menjadi.arketipe.

Menurutnya, dengan memiliki teman baca dapat mempermudah kegiatan memulai kebiasaan membaca bagi pemula. Hal ini dipermudah dengan bergabung melalui komunitas baca buku. Jeje juga membagikan beberapa tips agar dapat konsisten dan menumbuhkan disiplin diri dalam membangun kebiasaan membaca buku.

Pertama, bisa ikut komunitas Arketipe. Saat ini baru ada dua komunitas yang buat challenge untuk konsisten baca buku. Salah satunya Arketipe. Kedua, cari waktu yang nyaman, coba-coba saja. Ketiga, buat planning harian, mau membaca setiap jam berapa, ujarnya.

Hingga kini, sebanyak 975 orang telah bergabung dengan komunitas membaca buku Arketipe. Membaca memang terbukti memiliki banyak manfaat. Melalui membaca, ucap Jeje, kita dapat belajar banyak hal, seperti belajar menulis, belajar seni berbicara, merubah pola pikir, dan masih banyak lagi. Jadi, sudah tahu ingin baca buku apa?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image