Ahad 16 May 2021 04:30 WIB

Israel Serang Kamp Pengungsi Palestina, 8 Anak Gugur

Hadidi mengaku kehilangan istri dan empat orang anaknya akibat gempuran Israel.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina selama bentrokan dengan pasukan Israel di pos pemeriksaan Hawara, selatan kota Nablus, Tepi Barat, Jumat, 14 Mei 2021.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina selama bentrokan dengan pasukan Israel di pos pemeriksaan Hawara, selatan kota Nablus, Tepi Barat, Jumat, 14 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebanyak 10 anggota keluarga Palestina yang terdiri dari dua wanita dan delapan anak telah tewas oleh serangan udara Israel ke kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza. Tidak hanya itu, ditemukan juga 15 orang terluka dalam serangan udara tersebut.

"Istri dan empat putra saya bernama Suheib, Yahya, Abdelrahman dan Wisam. Semuanya tewas. Tapi tersisa satu putra saya yang masih bayi. Alhamdulillah saya masih punya Omar," kata salah satu warga Palestina Mohammed al-Hadidi dikutip dari Aljazirah, Sabtu (15/5).

Baca Juga

Seorang penduduk kamp pengungsi Shati lainnya, Almeqdad Jameel mengatakan setidaknya lima rudal ditembakkan dari jet tempur Israel di rumah tersebut. "Tembok api memenuhi jalan, pecahan peluru dan kaca beterbangan ke mana-mana. Suaranya memekakkan telinga, dan membuat takut semua orang," kata dia.

Sementara itu, seorang dokter yang merawat korban di Rumah Sakit al-Shifa,  Nabil Abu Al Reesh mengatakan para responden masih berusaha untuk menemukan lebih banyak jasad dan mencari tahu siapa itu siapa. "Ini benar-benar pembantaian yang tidak bisa dijelaskan," kata dia

Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) melaporkan, Shati adalah kamp pengungsi terbesar ketiga di Jalur Gaza dan salah satu yang paling padat.  Ini adalah rumah bagi lebih dari 85 ribu pengungsi, yang semuanya tinggal di area seluas hanya 0,52 kilometer persegi.

"Kami sangat tertekan dengan perkembangan itu, sama seperti kami tertekan tentang seluruh situasi di Gaza dan sebenarnya seluruh situasi wilayah Palestina yang diduduki," kata Direktur Komunikasi Strategis dan Juru Bicara UNRWA,Tamara Alrifai.

Ia menambahkan apa yang terjadi di Gaza tidak dapat dipisahkan dengan apa yang terjadi di Tepi Barat. Protes dan penggunaan kekuatan tanpa pandang bulu oleh pasukan keamanan Israel yang menjadi pemicu peristiwa di Gaza dan yang sekarang menjadi bencana kemanusiaan di wilayah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement