Sabtu 15 May 2021 15:37 WIB

Cerita Lebaran Sivitas Akademika UMM di Luar Negeri

Suasana Ramadhan dan Lebaran di Australia tidak semeriah di Indonesia

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Ada sejumlah sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang merayakan Lebaran di luar negeri. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka yang tidak bisa kembali ke Indonesia lantaran masih harus memenuhi kewajiban dan terkendala pandemi Covid-19.
Foto: istimewa
Ada sejumlah sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang merayakan Lebaran di luar negeri. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka yang tidak bisa kembali ke Indonesia lantaran masih harus memenuhi kewajiban dan terkendala pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Ada sejumlah sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang merayakan Lebaran di luar negeri. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka yang tidak bisa kembali ke Indonesia lantaran masih harus memenuhi kewajiban dan terkendala pandemi Covid-19. 

Alumnus Hukum Keluarga Islam (HKI) UMM, Septifa Leiliano Ceria mengaku cukup kesulitan untuk mengunjungi masjid di Australia. Hal ini karena harus ada proses pendaftaran pengunjung. "Itu tidak lepas dari kebijakan protokol kesehatan yang masih berlaku di Canberra," kata perempuan yang tengah menempuh pendidikan di Australian National University.

Perempuan disapa Ano ini menilai suasana Ramadhan dan Lebaran di Australia tidak semeriah di Indonesia. Meski demikian, dia masih bisa mengikuti kegiatan yang bisa mengobati rasa rindu dengan Indonesia. 

Salah satu agenda yang ia maksud adalah bazar dan festival kuliner makanan halal. Orang-orang Muslim di Australia bisa dengan mudah mencicipi makanan dari berbagai negara. "Ada makanan khas Turki, India, bahkan juga Pakistan," ucapnya dalam pesan resmi yang diterima //Republika//, Sabtu (15/5).

Perempuan yang memiliki hobi hiking itu juga sempat menjadi guru mengaji bagi anak-anak di Australia. Ia merasa UMM memberikan banyak manfaat, utamanya kegiatan internasional yang disediakan di International Relation Office (IRO) maupun Bahasa Indonesia untuk penutur Asing (BIPA). Program-program ini yang membuatnya terbiasa berinteraksi dengan orang-orang dari belahan dunia lain. 

Selain Ano, ada pula pengajar UMM yang tengah menuntut ilmu di Taiwan, Adjar Yusrandi Akbar. Berbeda dengan Ano, Adjar mengaku cukup mudah melakukan ibadah di sana. Apalagi sudah ada mushala yang disediakan untuk mahasiswa Muslim.

Selain itu jumlah penganut Islam di Asia University juga cukup banyak. Situasi ini memudahkannya dalam menjalankan ibadah puasa. Adjar menjelaskan, dia dan kawan-kawannya tergabung dalam Asia University Moslem Association. Komunitas ini menggelar shalat idul fitri di kawasan kampus, tepatnya di lapangan voli. Tidak hanya hanya itu, ada juga kegiatan ramah tamah yang menyediakan makanan halal bagi umat Muslim.“//Alhamdulillah// saya masih bisa merasakan suasana idul fitri dengan nyaman meskipun jauh dari kampung halaman,” ucap Adjar.

Adjar juga mengaku turut aktif memeriahkan agenda Ramadhan dan lebaran di universitasnya. Selain mengikuti kajian, ia juga beberapa kali sempat mengisi kultum dan memasak untuk berbuka. Aktivitas ini tidak lepas dari kebiasaannya yang selalu aktif di kegiatan Ramadan UMM seperti Baitul Arqam dan Safari Ramadan. "Jadinya saya merasa senang ketika bisa memeriahkan agenda yang ada di Asia University Taiwan ini,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement