Sabtu 15 May 2021 08:50 WIB

WHO Ingatkan Tahun Kedua Pandemi Mungkin Lebih Mematikan

WHO mendesak negara-negara maju menyumbangkan vaksin.

Rep: Idealisa Masyrafina/Dwina agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga Palestina menunggu giliran menerima suntikan vaksin virus corona Sputnik V buatan Rusia di klinik UNRWA di Kota Gaza, Rabu (17/3). Otoritas Palestina mengatakan akan menerima 62.000 dosis vaksin virus corona melalui kemitraan Organisasi Kesehatan Dunia. dirancang untuk membantu negara-negara miskin.
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina menunggu giliran menerima suntikan vaksin virus corona Sputnik V buatan Rusia di klinik UNRWA di Kota Gaza, Rabu (17/3). Otoritas Palestina mengatakan akan menerima 62.000 dosis vaksin virus corona melalui kemitraan Organisasi Kesehatan Dunia. dirancang untuk membantu negara-negara miskin.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan  bahwa tahun kedua pandemi kemungkinan besar lebih mematikan daripada tahun pertama. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Jumat (14/5)  mengatakan  situasi di India sangat memprihatinkan.

Di India, banyak petugas kesehatan di garis depan yang menangani pasien virus corona belum divaksinasi, dan ada pula yang sekarat. WHO mengatakan pandemi ini adalah bencana moral, yang dapat berdampak besar pada lebih banyak negara berpenghasilan rendah.

Baca Juga

Dia mendesak negara-negara maju untuk menyumbangkan vaksin, alih-alih memberikan vaksin kepada remaja atau anak. Dia pun mendesak mendesak negara-negara untuk memasok lebih banyak vaksin ke skema akses adil global Covax. Hal ini karena distribusi internasional vaksin Covid masih sangat tidak merata.

Sejak vaksin pertama disetujui pada bulan Desember, negara-negara kaya telah membeli sebagian besar pasokan. Banyak yang berlomba untuk memvaksinasi sebanyak mungkin populasi mereka.

"Di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, pasokan vaksin Covid-19 bahkan belum cukup untuk mengimunisasi petugas kesehatan, dan rumah sakit dibanjiri oleh orang-orang yang sangat membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan nyawa," kata dr. Tedros dilansir di BBC, Sabtu (15/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement