Sabtu 15 May 2021 06:47 WIB

Lele Cinta Hafizh

Manna Salwa membuat Gerakan Tani Ternak untuk Pangan Yatim dan Dhuafa (Get Pay)

Produk Lele Manna Salwa
Foto: Manna Salwa Indonesia
Produk Lele Manna Salwa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Manna Salwa Indonesia meluncurkan Lele Cinta Hafizh dan marketplace Tokkobaik yang menyasar Gen-Sy (baca: gen-si, sebutan untuk generasi baru yang melihat pentingnya sebuah keseimbangan hidup, utamanya pada aspek duniawi dan religi).

“Sekarang trend nya Gen-Sy dan millennial muslim bergerak, banyak yang donasi tapi sifatnya one-offs, dan sesekali aja, kenapa gak kita lakukan manajemen manfaat supaya berkelanjutan,” kata Syafril Harsanto, Co-Founder & Chief Marketing Officer, Manna Salwa Indonesia lewat keterangan tertulis kepada Republika.

Sebagaimana ilustrasi berikut: Uang Rp 30 ribu yang disedekahkan dalam satu waktu setara dengan dua porsi pecel lele. Bila diproduksi sendiri dalam satu waktu maka bisa menghasilkan 100 ekor ikan lele dalam waktu 2 bulan. Dengan demikian, uang Rp 30 ribu bisa lebih dikelola manfaatnya.

Atas dasar itu Manna Salwa Indonesia membuat Gerakan Tani Ternak untuk Pangan Yatim dan Dhuafa (Get Pay) berikut dengan market place-nya yang menyasar Gen-Sy. “Mereka adalah Millenial Muslim dan generasi sebelumnya yang mengutamakan lifebalance antara dunia dan akhirat. Sibuk kerja tapi taat ibadahnya, menikmati hidup tapi tetap menjaga akidah,” kata Syafril Harsanto.

Dua  misi ini dimulai dengan membuat percontohan kolam budidaya ikan lele bioflok di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Hasilnya diberikan langsung untuk dimakan Hafizh Qur’an, Yatim & Dhuafa melalui program Lele Cinta Hafizh "One Fish One Hafizh", dan sisanya di jual di Tokkobaik. “Ini project akhirat, membangun perekonomian umat dengan bertani dan berternak. Hasilnya 100% untuk umat. Konsepnya fifty-fifty (50% dibagikan langsung, dan sisanya di jual untuk mensejahterakan baitul maal),” kata Syafril.

Untuk mendukung Gerakan ini, Manna Salwa Indonesia memperkenalkan Tokkobaik, marketplace dengan konsep menginspirasi untuk berbagi dan menghidupkan baitul mal dimana pembeli dan penjual sama-sama bisa beramal saleh. Semua keuntungan penjualan masuk baitul mal dan dikelola manfaatnya untuk umat. “Pembeli bisa beli barang untuk diri sendiri dan tetap dapat pahala, atau beliin buat Yatim & Dhuafa, pahalanya double. Penjual dapat beramal saleh dengan menyisihkan keuntungannya sebagai sedekah.” ujar Syafril. 

Dia menjelaskan, Manna Salwa Indonesia membuka diri untuk berkolaborasi dengan pihak lain yang punya kesamaan visi dan  misi. “Saat ini kami sudah bermitra dengan HAC Foundation Indonesia pimpinan Habib Abdallah Bin Ja'far Assegaf, Kajian Hakikat Islam, Sedekah Beras, dan Pasukan Amal Saleh,”ujar dia.

Manna Salwa Indonesia dibentuk oleh  sekumpulan sahabat hijrah alumni FISIP Universitas Indonesia yang mencoba berkhidmad di jalan Allah. Mereka sepakat mengerakkan pertanian dan peternakan Millenial Muslim untuk umat. Komunitas ini diberi nama Manna Salwa Indonesia. Saat ini Manna Salwa memiliki 7 kolam yang berloksi di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, dengan kapasitas produksi 4.000-5.000 ikan lele. 

Manna Salwa Indonesia memiliki dua unit sosial enterprise yaitu: Get Pay (Gerakan Tani Ternak untuk Pangan Yatim & Dhuafa) dan Tokkobaik yang bertujuan membentuk ekosistem produksi pangan yang berkesinambungan untuk Yatim & Dhuafa, berikut dengan marketplace yg bisa membantu pelaku UMKM dan komunitas pengusaha muslim dalam memperluas jangkauan pasar via jaring afiliasi dan distribusi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement