Jumat 14 May 2021 14:07 WIB

Pencari Rezeki di TPU Bekasi Keluhkan Sepinya Peziarah

Larangan mudik telah membuat kompleks pemakaman sepi. 

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
TPU Pereng Bekasi yang sepi imbas dari larangan mudik dan ziarah. Peziarah umumnya datang dari luar Bekasi.
Foto: Republika/Idealisa masyrafina
TPU Pereng Bekasi yang sepi imbas dari larangan mudik dan ziarah. Peziarah umumnya datang dari luar Bekasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Larangan mudik juga berimbas pada berkurangnya aktivitas ziarah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pereng, Kelurahan Duren Jaya, Kota Bekasi. Hal ini karena umumnya peziarah datang dari luar kota Bekasi, seperti Jabodetabek.

Pemerintah tidak hanya melarang masyarakat untuk mudik pada Lebaran Idul Fitri tahun ini. Ziarah yang merupakan aktivitas berkumpul juga dilarang untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Namun, masih terdapat masyarakat setempat yang berziarah di TPU Pereng. "Tapi ini jauh lebih sedikit, karena kan kebanyakan peziarah dari luar Bekasi." ujar Karpin, tukang parkir di TPU Pereng Bekasi, Jumat (14/5).

photo
Suasana TPU Pereng, Kota Bekasi pada hari Lebaran, Ahad (14/5). Peziarah lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. - (Republika/Idealisa Masyrafina)

 

 

Karpin menuturkan, sebelum pandemi, kendaraan para peziarah yang umumnya sepeda motor, akan berbaris memadati kompleks pemakaman. Biasanya usai sholat Idul Fitri, pemakaman akan mulai ramai hingga beberapa hari setelahnya. 

Akan tetapi larangan mudik telah membuat kompleks pemakaman sepi. "Orang-orang pada takut ziarah karena dilarang. Yang datang semuanya pakai masker sih." kata Karpin.

Pantauan Republika.co.id, tidak hanya barisan parkir motor yang sepi, dalam pemakaman pun hanya tampak tukang bersih-bersih yang duduk-duduk mengobrol di area pemakaman. Biasanya di hari kedua Lebaran masih banyak peziarah. Namun, tahun ini yang datang ternyata jauh lebih sedikit daripada masa pandemi tahun lalu.

"Ini kan TPU lama, biasanya banyak orang luar (kota) yang ziarah. Tapi, sekarang yang datang cuma orang-orang sekitar sini aja." kata Tanin, yang sudah puluhan tahun menjadi tukang bersih-bersih makam.

Lapak kembang juga terlihat masih banyak memajang plastik berisi kembang dan air mawar yang digunakan untuk nyekar. Endang, yang sudah puluhan tahun berjualan kembang di TPU Pereng mengaku kecewa dengan sepinya peziarah hingga hari ini.

Di masa munggahan, yakni beberapa hari sebelum Ramadhan, masyarakat masih ramai berziarah dan Endang bisa menjual hingga 40 kantong kembang sehari. Dia berharap, dapat menjual jumlah yang sama menjelang Lebaran dan setelah Lebaran, tapi pandemi lagi-lagi membuatnya rugi.

"Cuma laku 20 kantong. Ini hari Jumat juga sepi banget, padahal hari Jumat selalu rame," ujar  Endang, yang tinggal di warungnya di depan kompleks pemakaman.

Murti yang hanya menjual kembang di masa munggahan dan Lebaran, khawatir jika harus membuang kembang-kembangnya yang tidak laku. Di meja dagangannya masih terdapat sekitar 20 kantong kembang dan 10 botol air mawar.

"Saya jualannya sampe jam 5 sore. Kalau nggak laku kembangnya layu, harus dibuang, ya rugi banget." tuturnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement