Rabu 12 May 2021 22:53 WIB

Mahasiswa UNY Kembangkan Deteksi Dini Lahar Berbasis IoT

Merapi hanya satu dari sekian banyak gunung berapi aktif di Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa UNY Kembangkan Deteksi Dini Lahar Berbasis IoT (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Trisnadi
Mahasiswa UNY Kembangkan Deteksi Dini Lahar Berbasis IoT (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Erupsi Merapi pada 2010 lalu memuntahkan 140 juta kubik lava, akibatkan 367 nyawa melayang, 2.300 lebih rumah rusak, lebih dari 400.000 orang mengungsi dan ribuan hektar pertanian rusak. Kerusakan ditaksir mencapai Rp 3,5 triliun.

Merapi hanya satu dari sekian banyak gunung berapi aktif di Indonesia. Potensi bahaya pasca erupsi yaitu banjir lahar dingin yang terbentuk dari abu dan batu vulkanik yang disemburkan saat erupsi bercampur air hujan bisa jadi ancaman.

Melihat fenomena itu, mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tergerak mengembangkan sistem peringatan dini banjir lahar dingin. Tapi, berbasis Internet of Things (IoT).

Sistem terintegrasi pengeras suara tempat ibadah agar dapat menyampaikan informasi bahaya kepada masyarakat yang berpotensi terdampak dengan sesegera mungkin. Jadi, masyarakat dapat segera evakuasi ke tempat lebih aman dan meminimalisir korban.

Ada Riza Atika, Anung Endra Raditya dan Rohsan Nur Marjianto. Riza mengatakan, keunggulan alat ini menggunakan sensor mekanik pelampung yang lebih tahan lama dibandingkan sensor ultrasonik yang ada dalam alat-alat yang sudah ada.

Riza menerangkan, pemanfaatan pengeras suara tempat ibadah bertujuan mempercepat informasi adanya bahaya banjir lahar dingin. Sekaligus, menciptakan alat yang murah dan efisien, sehingga dapat dijangkau berbagai segmen masyarakat.

"Selain itu, dengan berbasiskan IoT, alat peringatan dini banjir lahar dingin ini akan terhubung dengan mudah ke perangkat ponsel maupun komputer melalui jaringan internet yang akan menciptakan interkoneksi data," kata Riza, Rabu (12/5).

Adanya interkoneksi ini akan membuat semakin cepat dan mudah penyebaran informasi peringatan dini banjir lahar dingin. Serta, memudahkan masyarakat dalam memantau kondisi terkini data cuaca dan kondisi sungai rawan banjir lahar dingin.

Alat ini dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber daya utamanya. Sehingga, selain cepat dan akurat, alat ini hemat energi dan ramah lingkungan, sekaligus membuat alat ini dapat dipasang di titik-titik yang tidak terjangkau PLN.

Rohsan menerangkan, cara kerja alat ini memiliki dua sisi. Satu sisi bertindak sebagai klien untuk mengambil data dan server sampaikan informasi potensi banjir lahar dingin hasil olahan data, dipasang di beberapa titik sepanjang sungai.

Hal ini untuk memastikan pasang surut air sungai sekitar gunung memanfaatkan sling baja yang disambung ke rotary encoder. Jika ada pergeseran tanah, otomatis rotary encoder berputar mendeteksi pergeseran tanah hingga ketelitian satu centimeter.

Sensor mekanik pelampung berfungsi untuk mendeteksi nilai perubahan ketinggian air. Jika terdeteksi longsoran dan ketinggian di atas ambang batas, maka akan otomatis memicu sisi klien mengirim pesan melalui modul GSM ke sisi server.

"Server akan mengolaborasi data dari klien dengan data prakiraan cuaca dari BMKG yang bisa diakses secara umum. Setiap satu menit sisi klien akan mengambil sampel data untuk dikirim ke server, server akan mengirim ke database untuk disimpan," ujar Rohsan.

Lalu, data diolah agar dapat diakses melalui aplikasi berbasis android dan situs web oleh masyarakat. Data yang dapat dipantau oleh masyarakat monitoring status cuaca, curah hujan, dan informasi terkini ketinggian muka air sungai.

Keterbukaan informasi ini untuk mendukung transparansi informasi kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat siap tanggap bencana lebih dini. Karya ini telah pula meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta 2020. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement