Selasa 11 May 2021 20:34 WIB

Umat Muslim di Zona Merah Sholat Idul Fitri di Rumah

MUI Imbau Umat Muslim di Zona Merah Sholat Idul Fitri di Rumah

Rep: Umar Mukhtar/ Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Subarkah
Para pemudik lebaran berbondong-bondong menyesaki jalanan.
Foto: republika.co.id
Para pemudik lebaran berbondong-bondong menyesaki jalanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat Muslim yang berada di zona merah untuk melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri di rumah masing-masing.

Sedangkan bagi yang berada di zona hijau, dibolehkan untuk sholat Idul Fitri di masjid atau lapangan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Hal itu disampaikan Ketua MUI KH Abdullah Jaidi usai menghadiri sidang itsbat 1 Syawal 1442 H yang digelar Kementerian Agama bersama Komisi VIII DPR, ormas Islam, dan beberapa pihak lainnya, di Jakarta, Selasa (11/5).

"Zona hijau yang terkendali, disilakan untuk melaksanakan sholat Idul Fitri baik itu di masjid ataupun lapangan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Untuk zona merah, sholat di rumah masing-masing," tutur Kiai Jaidi.

Dia menambahkan, silaturahim lebaran sebaiknya dilakukan secara virtual dan menghindari kerumunan. Lebih lanjut, ia mengatakan, MUI memohon kepada pemerintah untuk tetap melakukan pembatasan mobilitas warga.

"Merayakan Idul Fitri seraya berdoa untuk keselamatan umat dan bangsa serta tidak berperilaku tabzir, dan menjauhi sikap tidak terpuji. Ini sikap yang seharusnya kita laksanakan dalam menyikapi, menyongsong, dan merayakan Idul Fitri," imbuhnya.

Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan 1 Syawal 1442 Hijriyah bertepatan Kamis 13 Mei 2021. Keputusan ini diambil melalui sidang isbat yang digelar Kementerian Agama pada Selasa (11/5) di Gedung Kemenag Thamrin Jakarta Pusat.

Sidang isbat digelar secara terbatas, baik daring dan luring. Peliputan sidang isbat pun hanya dilakukan melalui siaran langsung TVRI (TV Pool) dan live streaming Channel Youtube Kemenag RI.

Ribuan Pemudik Positif Covid-19 Artinya Makin Banyak yang Dirawat di RS

Pada musim lebaran tahun ini, pemerintah melakukan tes acak (random) kepada sekitar 6 ribu orang di pos penyekatan mudik dan hasilnya 4 ribuan pemudik positif Covid-19.

 

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mengatakan, semakin banyak orang yang terinfeksi Cocid-19 maka semakin banyak yang membutuhkan perawatan medis di rumah sakit (RS).

 

"Intinya setiap ada yang positif Covid-+9, baik setelah diperiksa menggunakqn antigen maupun PCR maka otomatis ada pasien yang dirawat di RS," kata Sekretaris Jenderal Persi Lia G Partakusuma saat dihubungi Republika, Selasa (11/5).

 

Pihaknya membaca literatur bahwa dari 80 persen dari orang yang terinfeksi Covid-19 merupakan orang tidak bergejala.

 

Namun 20 persen sisanya kemungkinan bergejala ringan, sedang, dan berat. Otomatis, dia melqnjutkan, yang menunjukkan gejala sedang dan berat akan dirawat di rumah sakit karena bergejala. 

 

"Kalau yang bergejala ringan bisa dirawat di Wisma Atlet, Jakarta Pusat, atau rumah sakit darurat. Jadi, dari sekian banyak orang yang positif itu kan, rumah sakit juga harus bersiap-siap," ujarnya. 

 

Pihaknya tidak berharap kasus Covid-19 terus naik. Ini karena akan membutuhkan tempat tidur di rumah sakit melebihi dari yang dimiliki. Sebab, pasien non-Covid19 juga membutuhkan pelayanan medis. 

 

Menurut Persi, bila nanti kasus Covid-19 masih bertambah maka pihaknya akan menyiapkan tenaga, obat. Dan ini jelas membutuhkan transisi yang tidak mudah.

 

Ia menyebutkan, saat ini keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit hanya 35,8 persen di seluruh Indonesia. Dan kalau jumlah kasus  positif Covid-19 bertambah dalam jumlah banyak maka pihaknya pasti akan kerepotan.

 

"Pernah suatu ketika kita sempat keluarkan pasien non-Covid-19 karena ruangannya dialihkan menjadi ruangan Covid-19. Padahal, jumlah ruangan yang disiapkan untuk pasien Covid-19 sudah cukup banyak yaitu 30 persen tempat tidur. Nanti kalau kasus positif tambah lagi pasti pasien non-Covid19 akan tergeser. Akibatnya, nanti hanya kasus yang berat-berat saja yang bisa masuk," ujarnya.

 

Selain lain, lanjut Partakusuma, bila angka pasien Covid-19 naik, maka pasti akan terjadi tambahan tenaga medis dan juga persiapan tambahan ruang ICU. Dan di ICU harus ditunggui banyak perawat dan dokter.

 

"Ini artinya tenaga kesehatan untuk pasien non Covid-19 berkurang. Konsekuensinya harus ada perekrutan relawan. Obat-obatan juga disediakan," ujarnya.

 

Untuk itu, tegas Persi, pihaknya berharap tidak terjadi ledakan pasien Covid-19. Bila ini terjadi maka menjadi riskan karena rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya ada di ibu kota provinsi.

 

Oleh karena itu, Persi berharap kalau aparat bisa menemukan orang yang positif Covid-19, baik tingkat RT, RW atau di jalan. ''Nah, kemudian ketemu maka kemudian langsung diisolasi dan diawasi saja. Jangan sampai menularkan pada orang lain."

 

Sebelumnya, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto mengatakan pihaknya telah melakukan tes acak terhadap sekitar 6 ribu orang di pos penyekatan mudik.

"Pengetatan oleh Polri di 381 lokasi dan Operasi Ketupat. Jumlah pemudik random testing dari 6.742, konfirmasi positif 4.123 orang," kata Airlangga dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (10/5).  

Advertisement