Selasa 11 May 2021 11:27 WIB

Serangan Israel, Sembilan Anak Palestina Ikut Terbunuh

Israel sebut milisi Palestina telah melewati batas merah.

Seorang petugas polisi Israel mengarahkan senapannya ke arah demonstran Palestina selama bentrokan di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem, Sabtu, 8 Mei 2021.
Foto: AP/Oded Balilty
Seorang petugas polisi Israel mengarahkan senapannya ke arah demonstran Palestina selama bentrokan di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem, Sabtu, 8 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Bentrokan kekerasan atas Yerusalem meningkat secara dramatis pada Senin (10/5). Pejabat kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 20 orang, termasuk sembilan anak-anak, terbunuh oleh serangan udara Israel.

Serangan udara diluncurkan setelah kelompok militan Palestina menembakkan roket di dekat Yerusalem sebagai balasan apa yang terjadi al-Aqsa.

Baca Juga

Militer Israel mengatakan, pihaknya melakukan serangan terhadap kelompok bersenjata, peluncur roket, dan pos militer di Gaza setelah gerilyawan di Gaza melintasi garis merah dengan menembaki daerah Yerusalem untuk pertama kalinya sejak perang 2014. Tembakan roket dan serangan udara Israel berlanjut hingga larut malam, dengan warga Palestina melaporkan ledakan keras di dekat Kota Gaza dan di sepanjang jalur pantai.

Sesaat sebelum tengah malam waktu setempat, militer Israel mengatakan militan Palestina telah menembakkan sekitar 150 roket ke Israel yang puluhan di antaranya dicegat oleh sistem pertahanan misil Israel.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, serangan roket dari Gaza terhadap Israel harus dihentikan segera. Dia mendesak semua pihak untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan.

Hari Senin dimulai dengan konfrontasi dini hari di Masjid al-Aqsa di jantung Kota Tua Yerusalem yang bertembok di kompleks yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai "Temple Mount" dan bagi Muslim sebagai Kompleks al-Aqsa--situs paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina.

Kelompok Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, lebih dari 300 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel, yang menembakkan peluru karet, granat kejut, dan gas air mata di kompleks tersebut. Polisi mengatakan, 21 petugas terluka dalam pertempuran itu.

Meningkatnya kekerasan terjadi saat Israel merayakan "Hari Yerusalem", menandai perebutannya atas Yerusalem Timur dalam perang Arab-Israel tahun 1967. Dalam upaya meredakan ketegangan, polisi mengubah rute pawai tradisional Hari Yerusalem ketika ribuan pemuda Yahudi yang mengibarkan bendera Israel akan berjalan melalui Kota Tua dekat Gerbang Damaskus, titik bentrokan dalam beberapa pekan terakhir.

Namun, meskipun masalah telah mereda pada pagi hari, ada titik fokus ketegangan lainnya, termasuk lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur di utara Kota Tua. Beberapa keluarga Palestina menghadapi penggusuran dari rumah-rumah mereka yang diklaim oleh pemukim Yahudi.

Menuntut agar Israel mengeluarkan polisinya dari al-Aqsa dan Sheikh Jarrah, Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, menetapkan pukul 18.00 sore sebagai batas waktu penarikan pasukan.

Bahkan, ketika para demonstran dialihkan ke arah Gerbang Jaffa, sirene berbunyi memperingatkan orang-orang Israel terhadap roket yang masuk dari Gaza. Kondisi itu memaksa para demonstran dan orang Israel lainnya melarikan diri untuk berlindung di Yerusalem.

Israel memandang semua Yerusalem sebagai ibu kotanya, termasuk bagian timur yang dianeksasi setelah perang 1967, sebuah tindakan yang belum mendapat pengakuan internasional. Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement