Selasa 11 May 2021 01:24 WIB

Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta

Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta
Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta

jatimnow.com - Di usianya yang sudah 78 tahun, Satimah justru memilih hidup sendiri di tempat kos Wonocolo Gang 8, Surabaya. Hanya becak peninggalan almarhum suami yang kini setia menemaninya.

Mbah Satimah telah menjadi janda selama satu tahun lebih. Itu setelah suaminya meninggal dunia, karena kecelakaan kerja.

"Suami mpun kapundut, jatuh pas proyekan. (Suami sudah meninggal, jatuh saat kerja di proyek)," ujar Mbah Satimah saat ditemui jatimnow.com, Minggu (9/5/2021).

Sehari-hari, Mbah Satimah berjualan pepes, gorengan hingga botok keliling kampung. Hal itu ia lakoni sudah hampir puluhan tahun, hingga nyaris lupa. Kini dia harus mengayuh dan mendorong becak berisi barang dagangan itu sendirian.

Mbah Satimah mendorong becak tua peninggalan suami tercinta untuk berdagang keliling kampung

Jika dagangannya ludes terjual, pendapatan bersih Mbah Satimah bisa mencapai Rp 20 hingga 50 ribu sekali dagang.

"Semuanya dua ribuan, botok tahu tempe, godhong kates, sambukan, kalau bersih ya kadang-kadang dapat dua puluh ribu sampek lima puluh ribu," tutur dia.

Wajah Mbah Satimah tampak sumringah setelah mendapat santunan dari Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Pertiwi Ayu Krishna melalui program ramadan berbagi jatimnow.com.

Reporter<a href= jatimnow.com memberikan santuan dari Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Pertiwi Ayu Krishna kepada Mbah Satimah" width="100%" />

Di momen ramadan seperti sekarang, Mbah Satimah mulai menjajakan dagangannya sore hari, sekitar pukul 15.00 hingga 18.00 Wib. Meski harus keliling berdagang, dia mengaku masih tetap berpuasa.

"Mulai jam tiga atau jam empat. Pulang kadang jam enam sampek jam delapan. Muter teng (ke) Margorejo Indah, perumahan, teng cino-cino niku (di rumah-rumah warga Tionghoa itu)," tambah dia.

Dalam perkawinannya, Mbah Satimah dikarunia empat orang anak yang kesemuanya telah berkeluarga. Anak-anaknya tinggal cukup dekat dengannya, masih dalam satu kawasan. Dua orang dikawasan Bendul Merisi dan satu orang di Jemursari.

Mbah Satimah mengayuh becak tua peninggalan suami tercinta untuk berdagang keliling kampung

Meski demikian, Mbah Satimah mengaku tidak ingin membebani putra-putrinya. Dia lebih memilih indekos dan bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Mboten enak kalihan mantu. (Tidak enak sama menantu)," jelasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement