Jumat 07 May 2021 14:04 WIB

Doni Monardo: Kita Jangan Anggap Enteng Covid-19

Virus Covid-19 dapat menyebar dengan cepat an berakibat fatal.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo mengikuti Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (5/5/2021). Dalam Rakor tersebut Kepala BNPB meminta Pemerintah Daerah dan semua lapisan masyarakat untuk tidak lengah dan kendor dalam mencegah penyebaran COVID-19 di Provinsi Sumatera Selatan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Foto: NOVA WAHYUDI/ANTARA
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo mengikuti Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (5/5/2021). Dalam Rakor tersebut Kepala BNPB meminta Pemerintah Daerah dan semua lapisan masyarakat untuk tidak lengah dan kendor dalam mencegah penyebaran COVID-19 di Provinsi Sumatera Selatan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo menegaskan bahwa upaya penanganan dan pengendalian Covid-19 tidak boleh mengenal kata lengah. Sebab, penyakit yang disebabkan karena infeksi Covid-19 itu dapat menyebar dengan cepat dan berakibat fatal apabila tidak hati-hati.

Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 bersama jajaran Pemerintah Provinsi Jambi di Rumah Dinas Gubernur Jambi, Kota Jambi, Kamis (6/5), Doni meminta kepada seluruh komponen yang hadir, baik secara luring maupun daring, agar tetap menjaga performa dan tidak menganggap enteng Covid-19.

Baca Juga

"Kita jangan lengah, kita jangan anggap enteng Covid-19 ini. Covid-19 ini kasusnya tiba-tiba meledak nanti kalau kita tidak hati-hati,” ujar Doni seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (7/5).

Doni mencontohkan apa yang terjadi pada Agustus-September 2020 di Jakarta, yang mana kasus Covid-19 mengalami peningkatan sangat signifikan. Adapun menurut data, kenaikan kasus tersebut terjadi setelah adanya momentum libur panjang peringatan Hari Kemerdekaan hingga Maulid Nabi.

Berdasarkan laporan pada saat itu bahkan Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet mengalami lonjakan pasien hingga terjadi antrean mobil ambulance dari wilayah Jabodetabek.

"Di Jakarta terutama pada bulan Agustus-September tahun lalu, RSDC Wisma Atlet itu tiba-tiba kedatangan pasien yang jumlahnya ratusan orang sehari, sehingga ambulance harus antre masuk ke kawasan wisma atlet,” ujarnya.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka Satgas Penanganan Covid-19 tidak ingin kondisi tersebut terulang kembali. Bahwa kenaikan angka kasus yang terjadi di Indonesia selalu terjadi setelah momentum liburan panjang karena adanya mobilitas manusia.

Keputusan meniadakan mudik, jelasnya, menjadi opsi yang diputuskan untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus. Sama halnya dengan momentum liburan terdahulu, aktivitas mudik juga dinilai berpotensi menimbulkan adanya mobilitas manusia yang sangat berisiko menjadi pemicu terjadinya penularan.

Oleh sebab itu, Doni meminta kepada masyarakat untuk memahami dan bersabar atas keputusan politik yang diambil Pemerintah demi melindungi segenap masyarakat di Tanah Air. Jadi, Doni meminta maaf pada masyarakat yang punya niat mudik tidak bisa terlaksana pada tahun ini.

"Mohon bersabar, karena ini keputusan politik negara dan ini juga tidak mudah. Tetapi ini berdasarkan data yang dikumpulkan setahun terakhir dan kita mengacu kepada bagaimana upaya bangsa kita melindungi masyarakatnya,” kata Doni.

Adapun keputusan pemerintah tersebut adalah sebagaimana yang menjadi arahan Presiden Joko Widodo, bahwa keselamatan masyarakat menjadi hukum yang tertinggi. "Solus Populi Suprema Lex, Keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi,” jelas Doni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement