Ahad 02 May 2021 16:44 WIB

Dampak Vaksinasi ke Ekonomi Bakal Terasa di Kuartal II

Ekonomi kuartal II kemungkinan akan tumbuh positif di kisaran 1-2 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menggunakan alat berat meratakan tanah untuk pembangunan gedung di Sunter, Jakarta, Selasa (20/4). Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, dampak vaksinasi kemungkinan besar baru akan terlihat terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021.
Foto: WAHYU PUTRO/ANTARA
Pekerja menggunakan alat berat meratakan tanah untuk pembangunan gedung di Sunter, Jakarta, Selasa (20/4). Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, dampak vaksinasi kemungkinan besar baru akan terlihat terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, dampak vaksinasi kemungkinan besar baru akan terlihat terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021. Pasalnya, pada kuartal tersebut, pergerakan masyarakat baru terlihat yang ditunjukkan dengan mulai ramainya pusat-pusat perbelanjaan.

"Dampak vaksinasi mulai terasa di kuartal kedua, karena mulai ada kepercayaan dari masyarakat untuk berbelanja dan juga protokol kesehatan yang ketat," kata Bhima kepada Republika.co.id, Ahad (2/5).

Ia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 kemungkinan akan tumbuh positif di angka kisaran 1-2 persen. Menurutnya, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) di sektor swasta secara penuh akan sangat mendorong belanja masyarakat. Meskipun, pemerintah menetapkan kebijakan untuk melarang mudik pada momen lebaran tahun ini.

Kendati demikian, Bhima menilai, larangan mudik akan menciptakan pemulihan ekonomi kuartal II yang tidak merata. Pasalnya, masyarakat di kota-kota besar akan cenderung mengeluarkan belanja di pusat-pusat ritel maupun secara daring.

Sementara daerah-daerah yang selama ini dijadikan tujuan mudik tidak mendapatkan perputaran uang dari pergerakan masyarakat. "Mereka yang bisa mendapatkan kucuran dana dari kota-kota besar, termasuk ritel, pusat oleh-oleh dan jasa transportasi, perhotelan itu tidak dapat tahun ini. Efeknya pemulihan lebih cepat di kota besar," kata dia.

Adapun pada kuartal I 2021 yang datanya akan dirilis pada pekan depan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Bhima memprediksi kemungkinan masih menunjukkan angka minus 1 persen. Pasalnya, kegiatan ekonomi di kuartal I masih tertekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement