Selasa 27 Apr 2021 18:29 WIB

Prancis Kirim Generator Oksigen dan Ventilator ke India

Setiap generator akan membuat rumah sakit mandiri selama sepuluh tahun

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: EPA-EFE/LUDOVIC MARIN
Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Pemerintah Prancis prihatin atas lonjakan tajam kasus Covid-19 di India. Presiden Emmanuel Macron mengatakan akan mengirim delapan generator oksigen, ventilator, dan peralatan medis lainnya untuk membantu India.

Lewat pernyataan yang diunggah di laman Facebook-nya pada Selasa (27/4), Macron mengatakan Prancis menyadari situasi di India. Dia menekankan kedua negara akan tetap bersatu di masa krisis ini. “Tidak ada yang tidak tersentuh pandemi yang kita alami. Kami tahu India sedang melalui masa sulit. Prancis dan India selalu bersatu,” kata Macron.

Baca Juga

Dia mengatakan Prancis akan berusaha membantu India. “Prancis akan mengirimkan peralatan medis, ventilator, dan delapan generator oksigen ke India,” ujar Macron.

Menurut dia, setiap generator akan membuat rumah sakit mandiri selama sepuluh tahun dengan memproduksi oksigen dari udara ambien. Selain Inggris, sejumlah negara, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), turut memberikan bantuan medis kepada India. AS bahkan mengirimkan bahan mentah vaksin agar India dapat melakukan produksi domestik.

India melaporkan 323.144 kasus baru Covid-19 pada Selasa (27/4). Sejak 22 April lalu, negara tersebut konsisten mencatatkan lebih dari 300 ribu infeksi setiap harinya. Puncaknya terjadi pada Senin (26/4) saat mereka melaporkan 352.991 kasus baru Covid-19. Itu merupakan peningkatan harian tertinggi yang pernah dialami India sejak pandemi.

Laju pertumbuhan kasus baru Covid-19 yang pesat, membuat sistem kesehatan di sana kewalahan. Banyak rumah sakit di sana kekurangan stok oksigen dan obat-obatan. Akibatnya, banyak pasien yang diminta menjalani perawatan di rumah.

Sejauh ini, India sudah mencatatkan 17,6 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal melampaui 197 ribu jiwa. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement