Kamis 22 Apr 2021 21:05 WIB

Pekerjaan Rumit dan Dilema Negara dalam Pertahanan Negara

Modernisasi belum dapat dilakukan dengan lekas terhadap banyak alutsista.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berbicara kepada media selama konferensi pers mengenai kapal selam angkatan laut yang hilang di Bali, Kamis (22/4)
Foto: AP/Firdia Lisnawati
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berbicara kepada media selama konferensi pers mengenai kapal selam angkatan laut yang hilang di Bali, Kamis (22/4)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilang kontaknya Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 disebut menegaskan pertahanan negara memang suatu pekerjaan dengan upaya yang amat rumit. Namun, pemerintah selalu dihadapkan dengan dilema dalam membangun kekuatan pertahanan melalui alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Kejadian ini juga menggarisbawahi bahwa memang pertahanan negara adalah suatu pekerjaan upaya yang sangat rumit," ungkap Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dalam konferensi pers pencarian KRI Nanggala-402 di Bali, Kamis (22/4).

Menurut Prabowo, tugas pertahanan negara merupakan pekerjaan yang rumit, baik di matra laut, darat, dan udara. Dalam pelaksanaannya membutuhkan teknologi tinggi serta profesionalisme yang tinggi dari para awak-awak pengguna teknologi tersebut.

"Membutuhkan teknologi tinggi, profesionalitas juga yang tinggi dari awak-awaknya, dan mengandung unsur bahaya yang sangat tinggi," kata dia.

 

Untuk melaksanakan fungsinya, TNI dituntut harus dalam keadaan siap tempur setiap saat. Karena itu, bagi TNI latihan sangat dibutuhkan. Dalam latihan itu pun mengandung masalah dan bahaya yang sangat tinggi.

Prabowo juga mengatakan, kejadian itu juga semakin mendesak negara ini untuk memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) lebih cepat. Namun, alutsista yang digunakan untuk menjaga kemampuan pertahanan negara sangatlah mahal.

"Karena itu, pimpinan negara selalu dihadapkan dengan dilema harus mengutamakan pembangunan kesejahteraan, tapi menjaga kemampuan pertahanan supaya kedaulatan kita tidak diganggu," jelas dia.

Prabowo menyatakan, presiden telah memerintahkan dia bersama para pimpinan TNI untuk menyusun rencana induk pembangunan pertahanan selama 25 tahun. Dia menargetkan, hal tersebut rampung dalam dua hingga tiga pekan ke depan dan akan disampaikan kepada presiden.

"Intinya memang kita akan investasi lebih besar tanpa memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan. Kita sedang merumuskan pengelolaan pengadaan alutsista untuk lebih tertib, lebih efisien," kata Prabowo.

Dia menjelaskan, alutsista milik TNI memang perlu diremajakan. Dia menyebut, modernisasi belum dapat dilakukan dengan lekas terhadap banyak alutsista karena pemerintah mengedepankan pembangunan kesejahteraan terlebih dahulu. Selain itu, juga karena keterpaksaan.

"Banyak alutsista kita memang karena keterpaksaan dan karena kita mengutamakan pembangunan kesejahteraan kita belum modernisasi lebih cepat. Tapi, sekarang mendesak kita harus modernisasi alutsista kita lebih cepat lagi," kata dia.

Prabowo kembali menyatakan, perjuangan para prajurit sangat penuh dengan tantangan setiap harinya. Dia pun berharap dan berdoa agar prajurit-prajurit yang ada di dalam KRI Nanggala-402 dapat segera ditemukan dalam kondisi selamat.

"Setiap hari mereka hadapi bahaya. Karena itulah kita mohon semua masyarakat kita berdoa anak-anak kita bisa kita temui dalam waktu sesingkat-singkatnya," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement