Senin 19 Apr 2021 19:25 WIB

Ini yang Dirindukan Mohamed Salah dari Suasana Ramadan Mesir

Sejumlah tradisi membuat Mo Salah tak pernah bisa melupakan kenangan di Mesir.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
 Mohamed Salah dari Liverpool saat melakukan sujud syukur setelah mencetak gol.
Foto: Clive Rose / Pool via AP
Mohamed Salah dari Liverpool saat melakukan sujud syukur setelah mencetak gol.

REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Penyerang Liverpool, Mohamed Salah, menyebut, sejumlah kenangan manis saat menghabiskan bulan Ramadan di kampung halamannya di Mesir. Mulai dari kenangan saat berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya, hingga memori yang terlupakan soal upaya mesaharati untuk membangunkan orang pada saat sahur.

Pemain yang telah merumput di Eropa, tepatnya saat memperkuat Basel pada 2012 itu mengungkapkan, ada sejumlah tradisi di Mesir yang membuatnya tidak pernah bisa melupakan kenangan selama berpuasa di tanah kelahirannya tersebut. Kenangan-kenangan itu membuat pemain berusia 28 tahun tersebut kian rindu untuk bisa menghabiskan bulan suci di Mesir.

Selain berkumpul bersama keluarga, Salah juga merindukan sejumlah suasana yang terjadi selama bulan Ramadan di Mesir. Pun dengan barang-barang tertentu, yang hanya tersedia ataupun digunakan pada saat bulan Ramadan.

''Ada lentera khusus Ramadan, yang dihiasi dengan berbagai kaca warna-warni. Rasanya begitu spesial. Tidak ada yang seperti itu di dunia. Begitu juga manisan dan manakan kecil. Tak lupa, layangan yang diterbangkan, dengan berbagai bentuk dan ukuran. Tentu, momen buka puasa bersama dengan keluarga. Itu salah satu hal yang saya rindukan,'' ujar Salah dalam salah satu unggahan di akun media sosialnya, Senin (19/4).

Tidak hanya itu, Salah juga tidak bisa melupakan kemeriahan pada malam hari pada saat bulan Ramadan di Mesir. Namun, dari berbagai kenangannya saat menghabiskan bulan puasa di Mesir, Salah justru mengaku begitu rindu dengan mesaharati. Mesaharati merupakan sebuah tradisi yang berkembang di kawasan Timur Tengah, termasuk Mesir dalam membangunkan orang untuk bersiap melakukan sahur.

Mesaharati biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki paruh baya. Biasanya, seorang mesharati akan berkeliling kampung sambil memukul-mukul sejenis gendang, yang biasa disebut baza, dan berteriak untuk membangunkan orang agar bisa melakukan sahur.

Kendati begitu, di sejumlah tempat di Kota Kairo, mesaharati juga dilakukan oleh kaum perempuan. Seperti halnya laki-laki, perempuan paruh baya tersebut akan memukul baza sembari bernyanyi dengan suara keras untuk membangunkan orang agar bersiap untuk sahur. ''Setiap orang punya kenangan terhadap mesaharati. Mungkin, hal itu yang paling saya rindukan dari suasana Ramadan di Mesir,'' jelas Salah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement