Ahad 18 Apr 2021 00:22 WIB

Brasil Minta Warganya Tunda Kehamilan Selama Pandemi

Varian baru virus corona dapat berdampak lebih besar terhadap ibu hamil

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang wanita bereaksi saat melihat jarum suntik vaksin Sinovac untuk COVID-19 saat petugas kesehatan memvaksinasi penduduk di quilombo Kalunga Vao de Almas di pinggiran Cavalcante, negara bagian Goias, Brasil, Selasa, 16 Maret 2021.
Foto: AP/Eraldo Peres
Seorang wanita bereaksi saat melihat jarum suntik vaksin Sinovac untuk COVID-19 saat petugas kesehatan memvaksinasi penduduk di quilombo Kalunga Vao de Almas di pinggiran Cavalcante, negara bagian Goias, Brasil, Selasa, 16 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Brazil meminta kepada warganya untuk menunda kehamilan hingga pandemi Covid-19 membaik. Varian baru virus corona dapat berdampak lebih besar terhadap ibu hamil dari sebelumnya.

"Jika memungkinkan, tunda kehamilan sedikit sampai saat yang lebih baik," kata pejabat Kementerian Kesehatan Raphael Parente.

Rekomendasi ini datang ketika Basil menjadi salah satu pusat pandemi global dengan mencatatkan jumlah kematian harian tertinggi di dunia. Parente mengatakan, rekomendasi untuk menunda kehamilan juga terkait dengan sistem kesehatan Brasil yang semakin kewalahan dan munculnya varian baru virus korona yang dikenal dengan P1.

"Berdasarkan uji klinis para spesialis menunjukkan bahwa varian baru ini bekerja lebih agresif pada wanita hamil," kata Parente.

Parente mengatakan, sebelumnya penularan kasus Covid-19 dalam kehamilan terjadi pada trimester akhir dan pada saat kelahiran. Namun belakangan ini ada kasus yang menimpa ibu hamil pada trimester kedua maupun trimester pertama.

Varian P1 pertama kali ditemukan di kota Amazon Manaus. Varian baru virus korona ini dengan cepat menjadi dominan di Brasil dan diperkirakan menjadi faktor utama di balik gelombang kedua pandemi. Pada gelombang kedua ini, Brasil mencatat lebih dari 350 ribu kematian dan menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Pasien Covid-19 di Brasil didominasi oleh usia muda. Data rumah sakit pada Maret menunjukkan lebih dari separuh pasien Covid-19 yang berada dalam perawatan intensi berusia antara 40 tahun atau lebih muda.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali menolak untuk melakukan lockdown atau penguncian nasional. Bolsonaro menolak tekanan yang meningkat pada pemerintahnya untuk mempertanggungjawabkan penanganannya terhadap situasi pandemi yang memburuk. Bolsonaro telah skeptis terhadap pandemi Covid-19 dan meremehkan ancaman virus. Dia  menentang usulan  para ahli kesehatan masyarakat menyuarakan perlunya menerapkan pembatasan yang ketat untuk mengatasi krisis virus korona.

"Tidak akan ada penutupan nasional. Kami tidak akan menerima politik tinggal di rumah dan menutup semuanya,” kata Bolsonaro dalam pidatonya di kota Chapeco, dilansir Aljazirah. Rizky Jaramaya/ Reuters

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement