Jumat 16 Apr 2021 15:31 WIB

Pendarat InSight NASA Alami Krisis Energi di Mars

NASA memutuskan untuk mulai mematikan instrumen yang ada di InSIght secara bertahap.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Wahana Insight di Mars.
Foto: NASA via AP
Wahana Insight di Mars.

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Pendarat Mars InSight milik Badan Antariksa Amerika (NASA) berada dalam krisis energi. InSight, yang mendarat di dataran Mars bernama Elysium Planitia pada tahun 2018, telah mendeteksi lebih dari 500 gempa Mars.

Wahana senilai 800 juta dolar AS ini telah merasakan lebih dari 10.000 setan debu lewat, dan mulai mengukur inti planet tersebut. Namun selama beberapa bulan terakhir, InSight telah berjuang untuk tetap bertahan. Cuaca planet merah yang tidak dapat diprediksi mengancam untuk mematikan robot tersebut, dilansir di Business Insider, Jumat (16/4).

Baca Juga

InSight diselimuti lapisan debu tebal sehingga sulit menyerap sinar matahari sebagai sumber energi Panel surya InSight hanya memproduksi 27 persen dari kapasitas energinya pada bulan Februari, ketika musim dingin tiba di Elysium Planitia.

Jadi, NASA memutuskan untuk mulai mematikan instrumen yang berbeda di pendarat secara bertahap. Robot akan segera masuk ke 'mode hibernasi', mematikan semua fungsi yang tidak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.

Dengan menghentikan operasi ilmiahnya, pendarat harus dapat menghemat daya yang cukup untuk menjaga sistemnya tetap hangat selama malam Mars yang dingin, ketika suhu dapat turun hingga negatif-130 derajat Fahrenheit.

"Jumlah daya yang tersedia selama beberapa bulan ke depan akan benar-benar didorong oleh cuaca," kata Chuck Scott, manajer proyek InSight.

InSight masih dalam kondisi baik, bahkan menggunakan lengan robotiknya, tetapi risiko kegagalan daya yang berpotensi fatal selalu ada. Jika baterai pendarat mati, mungkin tidak akan pernah pulih.

"Kami berharap dapat menghidupkannya kembali, terutama jika tidak tidur atau mati untuk jangka waktu yang lama. Tapi itu akan menjadi situasi yang tidak pasti." kata Bruce Banerdt, penyelidik utama InSight.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement