Jumat 16 Apr 2021 17:01 WIB

Lebih 100 Juta Orang Afrika Menghadapi Rawan Pangan Akut

Lebih dari 100 juta orang di Afrika menghadapi tingkat kerawanan pangan akut.

Seorang wanita Somalia menggendong anaknya menunggu perawatan medis di Rumah Sakit Regional Bay di Baidoa, ibu kota Negara Bagian Teluk Somalia pada 28 Maret 2017.
Foto: Anadolu Agency
Seorang wanita Somalia menggendong anaknya menunggu perawatan medis di Rumah Sakit Regional Bay di Baidoa, ibu kota Negara Bagian Teluk Somalia pada 28 Maret 2017.

IHRAM.CO.ID, YAOUNDE -- Menurut laporan Federasi Internasional Palang Merah (IFRC), Afrika sejak lama mengalami kerawanan pangan yang dipicu oleh faktor-faktor seperti konflik, serangan belalang, kekeringan, faktor iklim, ketidakstabilan pasar, dan bencana yang berkontribusi pada rendahnya produksi dan aksesibilitas pangan.

Kelompok itu juga mengatakan pandemi Covid-19 menjadi pemicu utama kerawanan pangan akut di perdesaan maupun perkotaan di sebagian besar negara Afrika.

"Di Afrika Timur, kondisinya akan terus memburuk hingga setidaknya Mei 2021," papar IFRC, mengacu pada sebagian besar wilayah Somalia Timur Laut, Sudan Selatan, Ethiopia - termasuk wilayah Tigray.

Hal itu dikaitkan dengan konflik dan pengungsian, tantangan ekonomi makro jangka panjang, dampak ekonomi Covid-19, perubahan cuaca yang fluktuatif, dan lonjakan belalang gurun.

Laporan itu menyebutkan bahwa di daerah yang terkena konflik, khususnya di Lake Chad, Liptako Gourma (tiga daerah perbatasan antara Niger, Burkina Faso, dan Mali), akses ke lahan dan alat produksi lainnya sangat terbatas.

Sementara itu, di Afrika Barat dan wilayah Sahel, kondisi rawan pangan dan gizi buruk dalam satu tahun terakhir anjlok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya jika dibandingkan dengan kondisi rata-rata lima tahun, yakni sepanjang 2015-2020.

Palang Merah pun mendesak tindakan segera dalam hal kecepatan dan skala.

"Kami menyerukan tindakan kolektif dan segera yang mendukung respons kemanusiaan ke strategi jangka panjang menuju tingkat nol-kelaparan," kata IFRC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement