Jumat 16 Apr 2021 14:55 WIB

Jangan Iri, Ekonomi China Melesat 18,3 Persen Kuartal I 2021

Produksi industri, konsumsi dan investasi China pada Maret mengalami peningkatan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
 Pengunjung menikmati bunga sakura di Taman Yuyuantan selama festival musim semi di Beijing, Selasa (30/3). Perekonomian China melesat meninggalkan negara-negara lain di dunia setelah menderita penurunan karena Covid-19 tahun lalu.
Foto: AP/Andy Wong
Pengunjung menikmati bunga sakura di Taman Yuyuantan selama festival musim semi di Beijing, Selasa (30/3). Perekonomian China melesat meninggalkan negara-negara lain di dunia setelah menderita penurunan karena Covid-19 tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian China melesat meninggalkan negara-negara lain di dunia setelah menderita penurunan karena Covid-19 tahun lalu. Kuartal I 2021, China mencatat rekor pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) tertingginya sejak 1992 yakni 18,3 persen (yoy).

Meski demikian, jumlah tersebut tampak lebih rendah dibandingkan poling Reuters yang memprediksi sekitar 19 persen. Pada kuartal I 2020, ekonomi China kontraksi 6,8 persen karena karantina nasional awal pandemi Covid-19.

"Ekonomi nasional memulai tahun dengan baik,"  kata Biro Statistik Nasional China dalam rilis kuartal I, seperti dilansir BBC, Jumat (16/4).

BPS China masih mewanti-wanti pandemi yang masih menyebar secara global di lanskap internasional. Sehingga ketidakpastian dan ketidakstabilan masih menghantui sepanjang tahun ini.

BPS China juga menekankan optimisme untuk rebound lanjutan di kuartal-kuartal selanjutnya. Meski tidak cukup signifikan dan ekstrem karena rendahnya pertumbuhan-pertumbuhan di tahun lalu. Produksi industri pada Maret tercatat tumbuh 14,1 persen dan penjualan retail tumbuh hingga 34,2 persen.

Kepala Ekonomi Asia di firma penelitian dan konsultasi Oxford Economics, Louis Kuijs menyampaikan ada pertumbuhan yang cukup menjanjikan. Indikator bulanan menunjukkan bahwa produksi industri, konsumsi dan investasi semua naik pada bulan Maret secara berurutan menyusul kelemahan dalam dua bulan pertama.

Namun, beberapa analis memperkirakan sejumlah sektor akan melambat seiring dengan berkurangnya dukungan fiskal dan moneter pemerintah. Ekonom utama Economist Intelligence Unit untuk China, Yue Su mengatakan angka terbaru ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China meluas.

"Beberapa produksi dan aktivitas ekspor bisa dimuat di depan ke kuartal pertama, menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat ke depan," katanya.

Su mengatakan kinerja perdagangan dan aktivitas industri dalam negeri selama sisa tahun mungkin tidak mampu mempertahankan momentum yang kuat tersebut. Ini karena belum adanya langkah-langkah untuk mendorong perekonomian domestik.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa China terus mendapatkan momentum ekonomi, setelah melaporkan pertumbuhan PDB 6,5 persen pada kuartal terakhir tahun 2020. Dibantu oleh langkah-langkah penahanan virus yang ketat dan bantuan darurat untuk bisnis, ekonomi telah pulih dengan mantap sejak pandemi melanda.

Meskipun awal tahun yang buruk, China adalah satu-satunya ekonomi utama yang mencatat pertumbuhan positif pada tahun 2020. Meskipun nilai 2,3 persen merupakan terlemah dalam beberapa dekade. China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi enam persen untuk 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement