Jumat 16 Apr 2021 09:54 WIB

IHSG Lanjutkan Penguatan Didorong Optimisme Pemulihan Ekonom

Pagi ini IHSG dibuka menguat ke level 6.102,37.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona positif pada perdagangan pagi ini, Jumat (16/4). IHSG dibuka menguat ke level 6.102,37. Sedangkan indeks LQ45 menguat tipis 0,09 persen.

Penguatan pasar saham yang terjadi sejak kemarin dipengaruhi oleh rilis neraca dagang dalam negeri. Data akitifitas ekspor dan impor naik signifikan terlihat lebih aktif di bulan Maret memberikan indikasi pemulihan ekonomi dari sisi perdagangan. 

Baca Juga

"Ekspor naik 30,47 persen secara yoy dan Impor naik 25,73 persen secara yoy. Faktor tersebut menjadi tigger positif IHSG hingga akhir sesi perdagangan kemarin," kata Kepala riset Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, Jumat (16/4). 

Dari global, lanjut Lanjar, ekspektasi pemulihan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan optimisme atas stimulus moneter dan fiskal, telah mendorong ekuitas AS mendekati level tertinggi seiring berlanjutnya pelaporan perusahaan. 

Menurut Lanjar, imvestor akan mengawasi data tentang klaim pengangguran AS. Selain itu, investor juga akan mencermati data penjualan ritel yang akan dirilis Kamis mendatang.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan menguatnya pasar saham karena didorong himbauan oleh Bank Indonesia untuk Kembali menurunkan suku bunga. Hal itu dimaksudkan untuk mendukung UMKM demi percepatan pemulihan ekonomi.

Lanjar memprediksi IHSG berpotensi menguat pada hari ini. Secara teknikal, Dennies menjelaskan, terlihat indicator stochastic masih melebar mengindikasikan IHSG masih akan melanjutkan penguatan. 

"Investor akan mencermati data perekonomian antara lain data pengangguran Amerika Serikat, serta data industrial dan data GDP dari China," tutur Lanjar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement