Jumat 16 Apr 2021 08:54 WIB

Siswa SMA Belajar Bahasa Asing Melalui Klub Literasi Sekolah

Siswa yang ideal tentunya mereka yang multibahasawan.

Suasana kuliah umum Belajar Bahasa Asing melalui Klub Literasi Sekolah yang diadakan oleh SEAQIL.
Foto: Dok SEAQIL
Suasana kuliah umum Belajar Bahasa Asing melalui Klub Literasi Sekolah yang diadakan oleh SEAQIL.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelajar Indonesia harus menguasai bahasa asing sebagai bentuk pengembangan kompetensi softskill. Daya saing pelajar Indonesia ditentukan dengan bagaimana kemampuan untuk mendapatkan informasi. Kemampuan tersebut dicerminkan pada penguasaan bahasa asing yang merupakan pintu awal untuk kita melakukan komunikasi.

Enam mahasiswa dari lima perguruan tinggi-- STAI Masjid Syuhada, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia --  terjun langsung mengajar secara daring materi bahasa asing -- Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Mandarin, dan Prancis -- kepada 596 siswa dan 64 guru jenjang SMA/SMK di Indonesia.

Kegiatan yang dikemas dalam bentuk kuliah umum ini merupakan momentum langka yang digagas oleh SEAQIL, di mana mahasiswa difasilitasi sebagai narasumber. Dalam kegiatan ini, SEAQIL tetap mengedepankan pemahaman akan pentingnya melestarikan bahasa daerah dan mengutamakan bahasa Indonesia, meskipun siswa belajar bahasa asing.

Direktur SEAQIL, Dr Luh Anik Mayani mengungkapkan bahwa saat ini masyarakar Indonesia dan dunia  memasuki era industri 4.0 yang tidak hanya menuntut kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, dan kreatif, tetapi juga komunikatif yang tentunya berkaitan dengan penggunaan tata bahasa.

“Penguasaan bahasa, baik bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing akan menjadi sangat penting untuk menyiapkan kita—tidak hanya sebagai warga Indonesia dalam konteks nasional, tetapi juga sebagai warga dunia dalam konteks global,” kata Dr Luh Anik Mayani saat membuka kegiatan tersebut, Selasa (13/4), dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Luh Anik kemudian mendefinisikan siswa yang ideal tentunya mereka yang multibahasawan, mengutamakan bahasa Indonesia, dan mampu melestarikan bahasa daerah; serta menguasai bahasa asing sebagai syarat berkompetisi di dunia global.

“Penguasaan bahasa asing akan membuat siswa siap berkompetisi dalam masyarakat global dengan belajar bahasa asing, namun demikian, SEAQIL tetap berharap siswa tidak hanya mahir berbahasa asing, tetapi juga teguh mengutamakan bahasa Indonesia, salah satu pilar pemersatu bangsa, dan kita juga setia melestarikan bahasa daerah sebagai sumber kekayaan budaya bangsa,” ujar Luh Anik.

Menyambung Luh Anik, Deputi Direktur Administrasi SEAQIL, Dr  Misbah Fikrianto menyampaikan bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa besar yang berdaya saing apabila kita dapat menguasai berbagai bahasa. Menurut Misbah, bahasa bukan hanya alat untuk menyampaikan pesan, tetapi kita juga dapat melakukan penyelesaian masalah melalui lobi dan negosiasi. “Kita harus dapat mengolah informasi dan menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi,” tegas Misbah.

Lebih lanjut, berbicara mengenai making Indonesia 4.0, Misbah mengemukakan bahwa komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpikir kritis menjadi kata kunci. Melalui KLS, jelas Misbah, siswa, guru, dan mahasiswa melakukan sebuah pembiasaan dan pendalaman sehingga pemahaman kita terhadap bahasa menjadi penting. “Dalam konteks pengembangan abad 21, sangat penting sekali menjadikan bahasa sebagai moda transformasi untuk penyampaian informasi kepada publik maupun peningkatan kompetensi individu,” ujar Misbah.

 Misbah menambahkan bahwa melalui KLS, SEAQIL mewadahi siswa, serta guru dan mahasiswa pendamping untuk senantiasa melakuakan aktualisasi dan ekspresi bahasa melalui berbagai media, khususnya media publikasi SEAQIL.

Salah satu pemateri dari unsur mahasiswa yaitu Nuringtyas dari Universitas Negeri Semarang menyampaikan materi tentang penguasaan Bahasa Perancis. Materi tersebut disambut dengan antusias oleh 660 peserta. Mereka merasakan peningkatan kompetensi yang baik dalam bahasa asing.

Klub Literasi Sekolah (KLS) merupakan salah satu program SEAQIL dalam mendukung kebijakan Merdeka Belajar—Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbud. Pada KLS, SEAQIL menerjunkan 295 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi untuk mendampingi siswa di 69 sekolah dalam mengembangkan kegiatan literasi. Selain kegiatan kelas literasi reguler, melalui sumber daya yang dimiliki KLS, SEAQIL juga menyelenggarakan peningkatan kompetensi lain seperti kuliah umum dan lokakarya.

SEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL) merupakan salah satu pusat regional dari The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) atau Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan Se-Asia Tenggara. Di Indonesia, SEAQIL berada di bawah koordinasi Kemendikbud dan berfokus pada pengembangan kualitas guru bahasa (Bahasa Indonesia sebagai Penutur Asing (BIPA), Arab, Jepang, Jerman, dan Mandarin) serta tenaga kependidikan melalui pelatihan, seminar, lokakarya, dan pelayanan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement