Bulan Puasa tak Hentikan Kasus Korupsi, Mengapa?

Red: A.Syalaby Ichsan

Kamis 15 Apr 2021 21:42 WIB

Pegiat sosial Hasan Mulachela melakukan aksi tunggal dengan mambawa poster dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/12/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap KPK yang melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap sejumlah pejabat Kementerian termasuk menteri yang terlibat kasus korupsi. Foto: Antara/Mohammad Ayudha Pegiat sosial Hasan Mulachela melakukan aksi tunggal dengan mambawa poster dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/12/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap KPK yang melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap sejumlah pejabat Kementerian termasuk menteri yang terlibat kasus korupsi.

REPUBLIKA.CO.ID,Bulan suci Ramadhan ternyata tidak membuat perbuatan korupsi berhenti. Catatan Republika, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) justru melakukan operasi tangkap tangan (OTT) saat bulan suci.  Tahun lalu, KPK menciduk Rektor salah satu kampus ternama di Jakarta. Tepatnya, pada 20 Mei 2020 saat umat Islam masih menjalankan ibadah puasa. 

Pada Juli 2016, misalnya, KPK menangkap tangan dua orang panitera pengganti dari Pengadilan Negeri Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Seorang lainnya merupakan anggota Komisi III DPR RI. Meski berbeda modus, semuanya ditangkap karena kasus suap. 

Sementara itu, operasi tangkap tangan (OTT) terhadap tersangka kasus korupsi kembali terjadi saat KPK  menangkap tujuh orang di Kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada Jumat (26/5) malam. Dua diantaranya merupakan auditor BPK. Dari kantor BPK dan kementerian, penyidik menyita uang ratusan juta rupiah. Uang itu diduga digunakan sebagai pelicin agar kementerian mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Mengapa bulan suci tidak mampu mencegah orang dari perbuatan buruk? Tidakkah setan-setan termasuk yang menggoda pejabat untuk berlaku korup sedang dibelenggu? Bukankah Ramadhan justru menjadi ajang latihan seorang hamba untuk meraih integritas sejati berlabel takwa?

Dalam sebuah hadis yang dirawikan Abu Hurairah Ra, Nabi SAW pernah bersabda, "Jika datang Bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu"(HR Bukhari dan Muslim).

Mengutip Imam Al Qurthubi, Ustaz Bachtiar Natsir menjelaskan, salah satu dari makna hadis setan-setan dibelenggu itu, yakni hanya berlaku bagi kaum Muslimin yang berpuasa dengan sungguh-sungguh. Para pelaku puasa memperhatikan syarat-syaratnya dan menjaga adab puasanya. Dia menjaga lisan, pandangan, dan semua anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat. Makna lainnya, belenggu diikatkan kepada sebagian setan saja, yakni para pemimpin dan pembesar mereka. Bukan setan keseluruhan.

Tafsir ini sesuai merujuk pada hadis yang dirawikan imam An Nasai dari sahabat Abu Hurairah Ra. "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Allah Azza Wajalla mewajibkan atas kalian berpuasa pada bulan itu. Pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan pemimpin-pemimpin setan dibelenggu…"

Belenggu semua setan itu mesti menghapus semua kejahatan dan maksiat.  Penyebab seseorang melakukan maksiat tidak hanya godaan setan, tapi juga jiwa yang kotor, kebiasaan buruk, dan setan dari kalangan manusia itu sendiri. Sebenarnya tidak ada pertentangan antara hadis sahih dan realita ketika kita bisa memahaminya dengan benar.

Karena itu, Ustaz Bachtiar mengatakan, fasilitas pertolongan dan perlindungan Allah SWT dalam ibadah tidak berlaku umum. Hanya bagi mereka yang sungguh-sungguh bertakwa yang mendapatkannya. Tidak heran dalam hadis lainnya Rasulullah SAW pun mengingatkan agar umat menjaga kualitas puasa. "Betapa banyak orang berpuasa, tapi dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR Ath Thabrany).

Menjadi takwa

Perintah puasa sejatinya bertujuan agar seseorang menjadi takwa. Ini sesuai dengan apa yang disematkan Allah SWT mengenai tujuan puasa pada QS al Baqarah ayat 183. "Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa…."

Syed Anwar Ali menjelaskan, tujuan ibadah puasa sebenarnya hanya dapat dicapai jika orang mempunyai rasa takut kepada Allah SWT di dalam hatinya. Ketika seseorang menjauhi segala larangan dan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT. Alquran berulang-ulang mengingatkan orang-orang beriman agar takut kepada Allah. "Hai sekalian manusia, bertakwalah hanya kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu." (QS an Nisa: 1).

Menurut Syed Anwar Ali, ketakwaan merupakan kontrol paling efektif dan pengendali terkuat terhadap perbuatan dosa. Secara naluriah, orang akan menyingkirkan kelakuan tidak benar yang tersembunyi. Perilaku negatif yang memengaruhi kepribadiannya, bahkan masyarakat luas di lingkungannya bisa diredam. Bentuknya bisa beraneka macam, dari pencurian, perampokan, perkosaan, perzinaan, hingga korupsi.

Saat meraih derajat takwa, orang itu tidak akan merampas hak orang lain, tidak akan menyuap atau menerima suap, mendapatkan harta dengan cara tidak halal. Dia pun akan menghindari diri dari perbuatan negatif sebab takut saat diminta pertanggungjawaban Allah SWT di hari akhir kelak.