Kamis 15 Apr 2021 16:54 WIB

Banjir di Cipinang Melayu, Wagub: Sudah Kita Antisipasi

Beberapa wilayah di Jakarta memang kondisi geografisnya cenderung lebih rendah

Rep: Flori Sidebang/ Red: Hiru Muhammad
Personel gabungan dari TNI, Polri, petugas Pemadam Kebakaran, PPSU, dan warga sekitar membersihkan endapan lumpur sisa banjir di area Masjid Al-Hidayah, Cipinang Melayu. Jakarta Timur, Senin (22/2). Kegiatan kerja bakti tersebut dilakukan diarea tempat ibadah agar dapat digunakan kembali untuk beribadah. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Personel gabungan dari TNI, Polri, petugas Pemadam Kebakaran, PPSU, dan warga sekitar membersihkan endapan lumpur sisa banjir di area Masjid Al-Hidayah, Cipinang Melayu. Jakarta Timur, Senin (22/2). Kegiatan kerja bakti tersebut dilakukan diarea tempat ibadah agar dapat digunakan kembali untuk beribadah. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya mengantisipasi banjir di wilayah Ibu Kota. Sebab, jelas Ariza, berdasarkan perkiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, dalam beberapa hari ke depan curah hujan di Jakarta cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan genangan air di sejumlah titik. 

"Itu sudah kita antisipasi, petugas kami, jajaran kami dari pemprov, BPBD, semua sudah bersiap menyiapkan upaya-upaya early warning system, memberitahukan, sosialisasi, menyiapkan semua perangkat pendukung dalam rangka pencegahan, pengurangan, mitigasi dan sebagainya," kata Ariza di Balai Kota Jakarta, Kamis (15/4).

Di sisi lain, Ariza menjelaskan, beberapa wilayah di Jakarta memang kondisi geografisnya cenderung lebih rendah. Salah satunya adalah Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Sehingga ia menilai, saat curah hujan tinggi, maka akan menimbulkan banjir di wilayah tersebut. 

"Cipinang Melayu ini kan memang beda. Di Jakarta ini kan konturnya memang di bawah permukaan laut, termasuk Cipinang," ujarnya. 

Ariza mengungkapkan, kondisi itu disebabkan adanya pengerukan tanah besar-besaran  saat dahulu untuk membangun kawasan Gelora Bung Karno (GBK). Akibatnya, lahan yang dikeruk itu menjadi lebih rendah dan membentuk kubangan. "Sekarang kubangan itu karena sulitnya lahan oleh warga dijadikan permukiman. Kalau hujan ya banjir," tutur Ariza. 

Meski demikian, sambung dia, jajarannya akan mencari solusi terbaik untuk menangani banjir di wilayah yang kontur tanahnya cenderung lebih rendah. Menurutnya, salah satu solusi itu adalah dengan membangun rusunami maupun rusunawa. 

"Akan ada solusi. Nanti dari Dinas Sumber Daya Air mencarikan solusi terbaik terkait titik-titik yang memang jadi kubangan dan jadi permukiman dan memang sangat rendah. Di antaranya konsep yang sudah pernah kami sampaikan, di situ nanti harus dibangun rusunawa, rusunami, sehingga bawahnya kosong," kata Ariza. 

Sebelumnya diberitakan, banjir kembali merendam permukiman warga di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, akibat luapan Kali Sunter, pada Rabu (14/4) hingga Kamis (15/4) pagi.

Menurut salah satu petugas PPSU Cipinang Melayu, Agus, banjir yang merendam permukiman itu terjadi karena intensitas hujan tinggi sejak kemarin sore yang mengakibatkan Kali Sunter meluap. "Akibat hujan di hulu. Sekarang sudah mulai penyurutan," kata Agus.

Menurut salah satu warga terdampak banjir, Yati, air luapan Kali Sunter mulai menggenangi permukimannya pada Rabu (14/4) sekitar pukul 18.30 WIB. Akibat luapan Kali Sunter tersebut, permukiman di rumahnya digenangi air setinggi hingga satu meter. Dia pun terpaksa harus mengungsi sementara ke kantor RW setempat sambil menunggu air surut. "Ini sudah tiga kali selama tahun 2021," ujar Yati.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement