Kamis 15 Apr 2021 12:22 WIB

China Minta Negara Asing tak Intervensi di Hong Kong

Ketegangan antara China dan negara-negara Barat memanas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera nasional China dan bendera Hong Kong berkibar di gedung kantor Daerah Administratif Khusus Hong Kong di Beijing, Selasa, 30 Juni 2020.
Foto: AP/Andy Wong
Bendera nasional China dan bendera Hong Kong berkibar di gedung kantor Daerah Administratif Khusus Hong Kong di Beijing, Selasa, 30 Juni 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Direktur Kantor Perwakilan China di Hong Kong Luo Huining mengatakan negara asing yang menggunakan pusat keuangan Asia itu sebagai pion akan menerima langkah balasan. Hal itu disampaikan saat ketegangan antara China dan negara-negara Barat mengenai kota itu memanas.

"Kami akan memberi pelajaran bagi semua pasukan asing yang berniat menggunakan Hong Kong sebagai pion," kata Luo dalam pidatonya di perayaan Hari Pendidikan Keamanan Nasional, Kamis (15/4).

Baca Juga

Hari Pendidikan Keamanan Nasional digelar untuk mempromosikan undang-undang keamanan nasional yang China terapkan di Hong Kong tahun lalu. Negara-negara Barat mengkritik keras undang-undang tersebut karena dianggap membatasi hak asasi manusia dan kebebasan bekas koloni Inggris itu.

Hong Kong menjadi kota otonom sejak Inggris menyerahkan kembali kota itu ke China pada tahun 1997. Pendukungnya mengatakan undang-undang tersebut akan memulih ketertiban di Hong Kong usai gelombang unjuk rasa anti pemerintah tahun 2019 lalu.

Undang-undang keamanan nasional dan upaya mengikis demokrasi di Hong Kong mendorong China, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa saling bertukar sanksi. Pada awal pekan ini lebih dari 100 politisi Inggris menandantangani surat yang mendesak pemerintah Perdana Menteri Boris Johnson menambah daftar pejabat China yang diduga 'melanggar hak asasi manusia'.

Hari Pendidikan Keamanan Nasional dirayakankan dengan aktivitas di sekolah-sekolah, pertunjukan dan parade polisi dan anggota pelayan masyarakat lainnya. Mereka memeragakan pawai militer hCina.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement