Rabu 14 Apr 2021 17:12 WIB

Wika Nego China Soal Biaya Kereta Cepat yang Membengkak

Wika tengah menghitung besaran pembengkakan biaya pada proyek kereta cepat.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Petugas memindahkan batang rel kereta cepat di Depo PT KCIC Tegalluar, Kabupaten Bandung, Senin (12/4). Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika Agung Budi Waskito mengatakan terjadi cost overrun atau pembengkakan biaya pada proyek kereta cepat.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas memindahkan batang rel kereta cepat di Depo PT KCIC Tegalluar, Kabupaten Bandung, Senin (12/4). Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika Agung Budi Waskito mengatakan terjadi cost overrun atau pembengkakan biaya pada proyek kereta cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika Agung Budi Waskito mengatakan, terjadi cost overrun atau pembengkakan biaya pada proyek kereta cepat. Kendati begitu, Agung belum dapat memastikan besaran pembengkakan biaya yang terjadi pada proyek yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tersebut.

"Jadi memang tentunya akan terjadi cost overrun yang saat ini sedang dihitung KCIC. Berapa besar, tentunya kita akan menunggu tapi yg saya dengar memang kurang lebih hampir 20-an persen," ujar Agung dalam webinar bertajuk Mengukur Infrastruktur di Jakarta, Rabu (14/4).

Agung menilai, pembengkakan biaya proyek kereta cepat akan berdampak bagi Wika yang merupakan pemegang saham terbesar PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yakni 38 persen. Selain Wika terdapat PT Perkebunan Nusantara VIII dan PT KAI masing-masing memiliki 25 persen saham, serta Jasa Marga sebesar 12 persen. 

Konsorsium Indonesia memegang 60 persen saham pada PT KCIC dan konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co Ltd memiliki 40 persen saham.

 

Agung mengatakan, PSBI saat ini sedang melakukan negosiasi dengan China agar porsi Indonesia bisa lebih kecil daripada 60 persen sehingga secara keseluruhan nantinya biaya pembengkakan tidak akan berpengaruh terhadap apa yang sudah disetorkan perusahaan.

"Harapan kami porsi Indonesia ini lebih kecil dari ada yang ada sekarang sehingga cost overrun yang ada ditanggung pemerintah sana (China) itu yang sedang kita usahakan," kata Agung.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement